kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor bisnis medis, e-commerce, dan FMCG masih tumbuh di tengah pandemi corona


Minggu, 05 April 2020 / 11:27 WIB
Sektor bisnis medis, e-commerce, dan FMCG masih tumbuh di tengah pandemi corona
ILUSTRASI. Warga beraktivitas di rumahnya di Kelurahan Mappala, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (25/3/2020). Sektor bisnis medis, e-commerce, dan FMCG masih meningkat di tengah pandemi corona. ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/hp.


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak semua sektor bisnis pun anjlok. Ada sektor-sektor relevan yang justru bisnisnya membaik. Sebut saja sektor medis dan kesehatan, perdagangan online atau e-commerce, sampai fast moving consumer goods (FMCG).

"Dalam pantauan kami, ada beberapa kategori produk malah meningkat. Minyak goreng sudah pasti, karena masyarakat tidak ke mana-mana. Produk kesehatan seperti sabun cair, tisu, sampai vitamin apalagi. Bahkan sampai es krim pun ikut naik. Bisa jadi karena pelajar tinggal di rumah sehingga konsumsinya tinggi," ujar Ricky Afrianto, Global Marketing Head PT Mayora Indah Tbk, dalam Rakernas Indonesia Marketing Association (IMA) yang diselenggarakan online, Jumat (3/4) lalu.

Baca Juga: Bank BJB ikut berikan keringanan kredit kepada debitur terdampak corona

Apalagi, lanjutnya, produk FMCG yang sangat kuat di offline kini harus beralih distribusinya secara online. Beberapa produk mulai beradaptasi dengan penjualan via e-commerce, yang ternyata lonjakannya signifikan.

Salah satu tantangan yang masih harus dihadapi adalah nilai tukar mata uang, yang diharapkan terjaga karena imbasnya bisa kepada harga jual. Pasalnya bahan baku sektor FMCG masih banyak yang impor.

Kegiatan promosi offline sudah pasti harus stop. Namun dengan jumlah penonton televisi meningkat tajam, spending dialihkan dan ditingkatkan ke arah sana. Kesempatan pun seharusnya terbuka lebar untuk sektor lain seperti tekstil. Sektor ini terdampak karena bahan baku masih ada yang impor dari China.

Baca Juga: Menkumham bantah akan bebaskan koruptor karena penyebaran virus corona

"Kalo sekarang kancingnya saja masih impor dan industri berhenti karena tidak ada supply, pemain lokal bisa memanfaatkan ini. Sehingga nanti tidak bergantung impor karena sudah diisi oleh supplier lokal," ujar Komisaris Rajawali Corpora YW Junardy.

Rakernas IMA sendiri seharusnya dilakukan di Manado. Namun di tengah situasi COVID-19 dilakukan online via Zoom.

Suparno berharap Rakernas dan berbagai update ini bisa menjadi ajang berbagi pemikiran yang berguna untuk publik dan bisa disalurkan lewat pemerintah, sesuai visi dan misi IMA.

Baca Juga: Catat, mulai 12 April, penumpang Transjakarta, MRT dan LRT wajib pakai masker

Salah satunya lewat Deklarasi Rakernas Virtual IMA 2020 yang akan diserahkan kepada pemerintah lewat Kementerian Perdagangan.

"Isinya adalah kami ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa krisis COVID-19 harus dijadikan momentum dalam menjalankan bisnis lebih baik. Lewat dua kerangka pemikiran, yaitu surviving dan sustaining. Kami ingin ajak pelaku bisnis untuk berpikir jangka panjang agar usaha tetap tumbuh setelah COVID-19 selesai," tutup Suparno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×