kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sektor pangan berbasis pertanian bisa jadi penggerak pemulihan ekonomi dari pandemi


Kamis, 27 Mei 2021 / 20:08 WIB
Sektor pangan berbasis pertanian bisa jadi penggerak pemulihan ekonomi dari pandemi
ILUSTRASI. Sejumlah petani menanam padi jenis Inpari 42 di lahan rawa di areal 'food estate' Dadahup, Desa Bentuk Jaya, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Rabu (21/4/2021).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor pangan berbasis pertanian (agri-food) merupakan pilar utama perekonomian nasional di Indonesia, yang menyumbang lebih dari sepertiga total PDB negara pada tahun 2019.

Akan tetapi, laporan terbaru dari Oxford Economics mengungkapkan, meskipun sektor ini dapat menjadi penggerak utama bagi pemulihan ekonomi Indonesia pasca Covid-19, di saat yang sama sektor tersebut pun paling rentan terhadap gangguan-gangguan yang ada di kawasan Asia Tenggara, yang meliputi risiko penawaran dan permintaan, risiko kebijakan fiskal, serta pandemi yang tak kunjung usai.

Menurut laporan The Economic Impact of Agri-Food Sector in South East Asia mengenai tantangan dan dampak ekonomi dari sektor agri-food pada tahun 2020, yang diinisiasikan oleh Food Industry Asia (FIA), sektor tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang stabil.

Laporan tersebut pun menunjukkan bahwa pada tahun 2019, sektor agri-food di Indonesia memberikan kontribusi PDB sebesar US$ 374 miliar, yang didorong oleh luasnya lanskap pertanian yang berkontribusi cukup besar terhadap pendapatan nasional dan lapangan pekerjaan.

Baca Juga: Respons Gapmmi terkait rencana kenaikan tarif PPN

Sektor agri food jugalah yang mewujudkan separuh dari keseluruhan tenaga kerja dengan 63,4 juta lapangan pekerjaan, menjadikannya penghasil lapangan pekerjaan terpenting dalam perekonomian negara. Sektor tersebut juga telah menyumbang total pendapatan pajak sebesar US$ 42,7 miliar.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa sektor agri-food tetap kokoh selama pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan 2% pada tahun 2020, atau peningkatan terhadap kontribusi PDB sebesar US$ 8,2 miliar. Namun, sektor ini diperkirakan akan menghadapi beberapa tantangan selama masa pemulihan ekonomi.

Matriks dari laporan Economic Recovery menempatkan Indonesia dengan risiko pemulihan tertinggi di kawasan Asia Tenggara, melihat bagaimana negara tersebut sangat bergantung  kepada sektor pariwisata untuk memulihkan kembali industri pangannya.

Menanggapi temuan tersebut, Adhi Siswaya Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) mengatakan bahwa sektor pariwisata berkontribusi terhadap 8,8% dari total konsumsi pangan di Indonesia.

Namun, mengingat pariwisata internasional masih terus dikelilingi oleh  ketidakpastian, industri agri-food perlu bekerja sama dengan pemerintah untuk mengidentifikasi cara-cara lain agar mampu berkembang di era kenormalan baru saat ini.

Ia bilang, laporan ini menunjukkan adanya kinerja yang kuat dari industri agri-food serta betapa pentingnya sektor ini dalam mendorong pergerakan ekonomi nasional.

Akan tetapi, laporan ini juga menunjukkan bagaimana Indonesia menghadapi risiko pemulihan tertinggi di Asia Tenggara, dengan defisit fiskal yang terus memburuk yang dapat berpotensi menciptakan tekanan biaya pada rantai pasokan  makanan, sehingga pada akhirnya dapat berdampak pada sektor pangan nasional.

“Sebagai sumber lapangan pekerjaan utama, sektor publik dan swasta harus bekerja sama untuk menopang dan mengangkat industri ini, serta memastikan terus terdorongnya peluang-peluang  kerja,” kata Lukman dalam keterangan resmi, Jumat (27/5).

Baca Juga: Menggenjot industri makanan dan minuman bisa dengan bantuan teknologi

Direktur Eksekutif FIA Matt Kovac membahas tentang adanya kebutuhan untuk memahami lanskap risiko saat ini dan yang akan datang, sebelum menerapkan langkah-langkah nyata  untuk menghidupkan kembali ekonomi pasca Covid-19.

Kovac mengatakan, laporan tersebut menyoroti berbagai tantangan substansial jangka pendek dan panjang yang dihadapi oleh sektor agri-food di Indonesia.

Selain itu, juga penting bagi para pembuat kebijakan untuk menyadari dan mengatasi risiko-risiko tersebut, mengingat besarnya skala kontribusi sektor ini terhadap lapangan pekerjaan dan PDB Indonesia.

"Dengan adanya tantangan besar yang diproyeksikan  untuk tahun 2021, sangatlah penting bagi Indonesia untuk tetap memperhatikan hal ini dengan  berbagai kebijakan yang dapat berdampak pada industrinya,” ujarnya.

Direktur Economic Consulting Asia untuk Oxford Economics James Lambert menyampaikan, seiring  dengan semakin kuatnya Indonesia untuk keluar dari pandemi, penting bagi para pembuat kebijakan untuk menciptakan kondisi yang paling kondusif bagi industri agri-food agar dapat berdiri kembali, serta merencanakan, merancang, dan mengomunikasikan setiap kebijakan fiskal dengan cermat.

"Hal itu memungkinkan industri untuk dapat terus memberikan manfaat ekonomi yang signifikan seperti  beberapa puluh tahun terakhir,” tambahnya.

Menurut Lambert, penyesuaian fiskal dapat mencakup pengurangan pengeluaran publik atau peningkatan pendapatan pajak, yang dapat menimbulkan risiko bagi pemulihan sektor agri-food Indonesia, yang bahkan dapat berimbas pada ekonomi nasional yang lebih luas.

Baca Juga: Kinerja indsutri mamin diyakini tumbuh, ini pendorongnya

Laporan Fiscal Risk Assessment Framework juga menemukan fakta bahwa Indonesia termasuk yang paling berisiko di Asia dari penyesuaian fiskal pasca Covid-19, bahkan lebih dari Tiongkok, India, dan negara-negara Asia yang memiliki ekonomi dengan penghasilan tinggi lainnya.

Dalam arti lain, respon  terhadap fiskal yang disusun dengan buruk dapat berpotensi membahayakan pemulihan sektor agri-food, serta berdampak pada ketahanan pangan, pendapatan dan lapangan pekerjaan, dan peluang  ekonomi secara keseluruhan.

Laporan ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengembangkan respon fiskal yang  penuh pertimbangan dan tidak menghambat pemulihan industri agri-food.

Tiga syarat yang harus dipenuhi antara lain memanfaatkan pendidikan untuk mempengaruhi perilaku; mendukung standar regulasi terhadap pajak; dan menjaga komunikasi yang konsisten dengan industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×