Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
Direktur Economic Consulting Asia untuk Oxford Economics James Lambert menyampaikan, seiring dengan semakin kuatnya Indonesia untuk keluar dari pandemi, penting bagi para pembuat kebijakan untuk menciptakan kondisi yang paling kondusif bagi industri agri-food agar dapat berdiri kembali, serta merencanakan, merancang, dan mengomunikasikan setiap kebijakan fiskal dengan cermat.
"Hal itu memungkinkan industri untuk dapat terus memberikan manfaat ekonomi yang signifikan seperti beberapa puluh tahun terakhir,” tambahnya.
Menurut Lambert, penyesuaian fiskal dapat mencakup pengurangan pengeluaran publik atau peningkatan pendapatan pajak, yang dapat menimbulkan risiko bagi pemulihan sektor agri-food Indonesia, yang bahkan dapat berimbas pada ekonomi nasional yang lebih luas.
Baca Juga: Kinerja indsutri mamin diyakini tumbuh, ini pendorongnya
Laporan Fiscal Risk Assessment Framework juga menemukan fakta bahwa Indonesia termasuk yang paling berisiko di Asia dari penyesuaian fiskal pasca Covid-19, bahkan lebih dari Tiongkok, India, dan negara-negara Asia yang memiliki ekonomi dengan penghasilan tinggi lainnya.
Dalam arti lain, respon terhadap fiskal yang disusun dengan buruk dapat berpotensi membahayakan pemulihan sektor agri-food, serta berdampak pada ketahanan pangan, pendapatan dan lapangan pekerjaan, dan peluang ekonomi secara keseluruhan.
Laporan ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk mengembangkan respon fiskal yang penuh pertimbangan dan tidak menghambat pemulihan industri agri-food.
Tiga syarat yang harus dipenuhi antara lain memanfaatkan pendidikan untuk mempengaruhi perilaku; mendukung standar regulasi terhadap pajak; dan menjaga komunikasi yang konsisten dengan industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News