Reporter: Diemas Kresna Duta, Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. PT Sele Raya Merangin Dua berencana menggelontorkan dana US$ 20 juta atau sekitar Rp 190 miliar (kurs Rp 9.500 per dollar AS) untuk investasi di sektor migas di tahun 2013. Perusahaan minyak dan gas nasional ini akan mengalokasikan dana tersebut untuk mengebor tujuh hingga delapan sumur baru di lapangan migas Merangin II, Sumatera Selatan.
Asal tahu saja, Sele Raya berdiri pada tahun 1971. Perusahaan tersebut kini mengelola tiga blok migas, yakni di Merangin II dan Blok Belida di Sumatera Selatan, dan Blok Blora di Pati, Jawa Tengah.
Saat ini yang sudah berproduksi Merangin II. Sementara Blok Belida dan Blok Blora belum berproduksi dan masih dilakukan eksplorasi untuk mengetahui cadangan minyaknya.
Eddy Tampi, Chairman Sele Raya mengungkapkan, investasi sebesar US$ 20 juta untuk membeli alat bor serta membangun infrastruktur di kawasan Merangin II. "Angka tersebut terbilang kecil dalam besaran investasi pada sektor energi, terlebih di usaha minyak dan gas bumi," ungkap Eddy disela-sela diskusi bertema Status Investor Migas di Indonesia, Rabu (19/12).
Ia menerangkan, dengan investasi tersebut, pihaknya berharap bisa memproduksi minyak 8.000 barel per hari (bph). "Boleh berandai-andai, walaupun realisasi produksi tahun ini hanya sekitar 2.000 bph sampai akhir tahun 2012 ini. Padahal targetnya dulu bisa produksi sebanyak 3.000 bph," ungkap dia.
President and General Manager Sele Raya, Juchiro Tampi menambahkan, penetapan target produksi itu berdasarkan hitungan pengembalian besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan perusahaan.
Dia mengatakan, Sele Raya telah menggelontorkan sejumlah dana untuk aktivitas pengeboran di sejumlah sumur minyak pada tiga blok tersebut. Di lapangan Merangin II, misalnya. Sele Raya telah menggelontorkan investasi sebesar US$ 100 juta dari tahun 2001 sampai 2011.
Di Blok Belida, Sele Raya menanamkan investasi hingga sebesar US$ 40 juta dalam kurun waktu tahun 2004 hingga 2010. Tahun ini, Sele Raya juga mengucurkan anggaran sekitar US$ 10 juta untuk mengembangkan lapangan migas di Blok Blora.
Nah, kalau ditotal, dalam kurun waktu tahun 2001-2012 ini, Sele Raya telah mengeluarkan investasi di lapangan migas miliknya hingga sebesar US$ 150 juta. Dari investasi sebanyak itu, perusahaan migas ini telah melakukan kegiatan pengeboran sebanyak 16 sumur eksplorasi dan pengembangan.
Kalau dirinci, dari sebanyak 16 sumur tersebut, 11 sumur berhasil berproduksi, sedangkan di lima sumur lainnya gagal karena tidak ditemukan cadangan minyak. "Untuk Blok Blora kami targetkan bisa mulai produksi pada 2015 mendatang," ungkap anak Eddy Tampi itu.
Sulit mendapat kredit
Sejauh ini, Sele Raya memang belum bosan mengebor sumur di Blok Blora. Padahal, perusahaan ini sudah merugi hingga US$ 6,8 juta atau sekitar Rp 64,6 miliar.
Yang jelas, untuk soal pembiayaan di sektor migas, Eddy Tampi masih mengandalkan partner. Maklum, hingga kini bank di Indonesia masih alergi untuk memberikan pinjaman modal dengan bunga rendah kepada perusahaan migas di Tanah Air.
Eddy Tampi membandingkan dengan mudahnya bank mengucurkan kredit ke pengusaha kelapa sawit. "Namun ke pengusaha migas malah tidak mau. Padahal kami-kami ini juga yang memberikan pemasukan berupa devisa kepada negara," kata dia.
Lantaran kredit dari bank masih susah, Eddy menjelaskan bahwa Sele Raya bekerjasama dengan beberapa partner untuk pembiayaan blok migas. "Kerjasama sama dengan pihak asing juga ada," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News