Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semester I-2019 merupakan masa-masa sangat menantang bagi pasar perumahan Jakarta-Depok-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jadebotabek), seiring Pemilihan Presiden pada April lalu.
Seluruh indikator menunjukkan penurunan signifikan yang direfleksikan ke dalam tingkat serapan bulanan dalam unit dan juga nilai.
Selain itu, rata-rata unit rumah yang ditransaksikan juga merosot serentang 3,4 unit hingga 22,9 unit per bulan per perumahan. "Padahal semester sebelumnya, transaksi bisa mencapai maksimal rata-rata 26,3 unit," ungkap Director Research Cushman and Wakefield Indonesia Arief Raharjo kepada Kompas.com, Senin (22/7).
Baca Juga: Penjelasan Agung Podomoro (APLN) setelah peringkat utangnya ke level sampah
Nilai transaksi juga ikut anjlok 11,9 % mendekati Rp 33,7 miliar per perumahan per bulan dibandingkan Semester II-2018 senilai Rp 38,2 miliar per perumahan per bulan.
Tangerang tertinggi
Cushman and Wakefield mencatat, kendati transaksi drop 4,3 unit dibanding semester sebelumnya, namun Tangerang tetap tampil sebagai kawasan dengan performa paling baik.
Tingkat serapan per bulannya mencapai 27,7 unit per perumahan dengan nilai transaksi rata-rata menyentuh angka Rp 51,7 miliar per bulan. Menyusul tempat kedua Bekasi yang jeblok 11,9 unit menjadi hanya 4,3 unit per bulan dengan nilai transaksi Rp 21,3 miliar per bulan.
Sementara Jakarta dan Bogor masih beruntung. Kedua kawasan ini tidak terlalu "malang" nasibnya, dengan mencatat pertumbuhan tipis masing-masing 3,5 unit menjadi 11,8 unit dan 2,2 unit menjadi 22,8 unit per bulan.
Adapun rata-rata nilai transaksi tercatat sebesar Rp 31,3 miliar per bulan untuk Jakarta, dan Rp 14,2 miliar per bulan untuk Bogor. "Secara keseluruhan tingkat penjualan (sales rate) Semester I-2019 tercatat 94,05 %, tumbuh tipis 0,28 % dibanding Semester II-2018." sebut Arief.
Baca Juga: CitraGarden Gowa tawarkan Vintari Park untuk keluarga muda
Arief menuturkan, transaksi perumahan di kawasan Jadebotabek didominasi rumah segmen menengah seharga Rp 1 miliar hingga Rp 1,7 miliar dengan porsi 36,5 % dari total transaksi. Diikuti rumah segmen menengah-bawah seharga Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar dengan porsi 27,8 %.
Dari sisi area, Bekasi dikontribusi oleh rumah segmen menengah dengan 50 % dari total transaksi. Sementara Tangerang kontribusi terbesar dari rumah segmen menengah bawah sebanyak 35,6 % dari total transaksi.
End-user mendominasi
Pembeli dengan motif pengguna akhir atau end user masih mendominasi transaksi perumahan dengan porsi besar 75 %.
Mereka membeli hunian dengan harga serentang Rp 1,1 miliar hingga Rp 1,5 miliar dengan dimensi 55 meter persegi-116 meter persegi dan luas lahan mulai dari 60 meter persegi-105 meter persegi.
Arief menjelaskan, metode pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi favorit pembeli rumah Jadebotabek dengan angka 77 %, menyusul kemudian tunai bertahap 12 %, dan 11 % kontan.
Baca Juga: Analis: Sektor properti sangat diuntungkan dengan penurunan suku bunga acuan BI
Dia juga mencatat, terdapat peningkatan komposisi pembayaran melalui KPR sebanyak 75 % merupakan end user. "Kemudahan termin pembayaran merupakan pendorong meningkatnya KPR, uang muka juga murah yang bisa dicicil 12 sampai 18 kali. Faktor ini sangat menarik minat konsumen," kata Arief.
Dus, kendati penjualan turun, namun segmen harga tidak terpengaruh. Hal ini terbukti dengan tren yang terus meningkat bila dibandingkan Semester II-2018 yakni sebesar 4,29 % menjadi rata-rata Rp 11,029 juta per meter persegi. (Hilda B Alexander)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasar Perumahan Jadebotabek Anjlok ",
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News