Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi Kementerian ESDM mencatat rata-rata produksi mineral logam sepanjang semester I sebesar 26,87%.
Realisasi rata-rata produksi tersebut meliputi sembilan komoditas mineral logam, yaitu Bauksit, Bijih Besi, Tembaga, Bijih Nikel, Logam Timah, Emas, Perak, Ni+Co in Matte, dan Feronikel.
Menurut Paul Lubis, Kasubdit Penerimaan Negara Mineral, Batubara dan Panas Bumi Direktorat Pembinaan Program Kementerian ESDM, dua komoditas yang paling moncer produksinya selama setengah tahun ini adalah perak dan tembaga.
Dari target produksi perak tahun ini sebanyak 261.897 Kg, selama semester I perusahaan tambang mampu memproduksi 119.330,92 Kg atau 45,56%. Kemudian tembaga mencapai 36,19% atau 368.120,33 ton dari target 1.016.949 ton.
Produksi perak berasal dari sejumlah perusahaan seperti PT Freeport Indonesia (FPI), PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), PT Avocet Mining, PT Indo Muro Kencana (IMK), dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). "Sementara itu, tembaga berasal dari FPI dan NNT," kata Paul kepada KONTAN, Selasa (10/8).
Namun, ada juga produksi komoditas yang kurang cemerlang. Sebut saja bauksit dari target produksi 10.284.923 Mt, baru tercapai 10,69% nya atau 1.100.173,13 Mt. Serta logam timah dari target produksi tahun ini 105.000 ton baru tercapai 12.020,18 ton atau 11,44%. "Produksi logam timah berasal dari PT Kobatin dan PT Timah," jelasnya.
Paul masih berharap, seluruh perusahaan tambang bisa meningkatkan produksinya pada semester II ini. Pasalnya, tren produksi mineral selalu menunjukkan peningkatan pada Semester II.
"Selain cuaca yang membaik sehingga mendukung produksi, permintaan dan harga mineral juga cenderung meningkat diakhir tahun. Kami juga berharap produksi emas dan perak Avocet Mining tidak berpengaruh karena diakuisisi Merukh. Karena mereka punya target RKAB yang harus dipenuhi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News