kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat turun di awal tahun, ekspor rumput laut Indonesia bakal membaik


Kamis, 21 Juni 2018 / 17:26 WIB
Sempat turun di awal tahun, ekspor rumput laut Indonesia bakal membaik
ILUSTRASI. Rumput Laut di Rote, NTT


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan industri rumput laut masih tergantung pada ekspor. Kini industri yang sempat terseret oleh isu delisting dari daftar makanan organik Amerika Serikat dipercaya bakal membaik.

Safari Azis, Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia menjelaskan, pada awal tahun 2018, ekspor rumput laut Indonesia sempat mengalami penurunan. Padahal dari seluruh produk perikanan, rumput laut menduduki peringkat ketiga ekspor tertinggi.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, ekspor komoditas berbahan dasar rumput laut pada empat bulan pertama tahun 2018 terkoreksi tajam. Pada periode Januari-April 2018, volume ekspor produk rumput laut turun 42,16% menjadi 10,64 juta kilogram dan nilainya turun 27% menjadi US$ 9,24 juta.

"Awal tahun ini memang turun karena banyak aspek yang mempengaruhi pasar. Pasar di China pada Februari sempat lesu, kemudian ada masalah internasional dan dalam negeri serta ancaman yang tidak pro pada kelancaran perdagangan rumput laut kita," kata Safari saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/6).

Ketidaklancaran tersebut utamanya karena wacana delisting produk agar-agar dan carrageenan dari daftar produk organik milik AS. Padahal kedua produk tersebut umumnya digunakan untuk bahan campuran minuman kesehatan, kosmetik dan banyak lagi. Namun berkat upaya dari pengusaha dan sejumlah asosiasi rumput laut, potensi delisting tersebut berhasil diurai dan produk rumput laut Indonesia dinyatakan aman untuk ekspor ke AS.

Namun demikian, Safari meminta agar pemerintah dan pengusaha tidak serta-merta merasa aman dengan kondisi ini. Pasalnya evaluasi yang dilakukan oleh Food and Drug Administration (FDA) dilakukan rutin lima tahun sekali, sehingga Indonesia harus memastikan tidak akan mengalami kericuhan yang sama di waktu mendatang.

"Soalnya saat isu delisting itu keluar, pasar rumput laut kita memang sempat tergoncang," kata Safari.

Tak hanya soal delisting, Safari juga melihat tantangan lain dalam industri rumput laut nasional adalah pada pengembangan pabrik dalam negeri. Menurutnya, pemerintah kini masih setengah-setengah dalam mengembangkan hilirisasi rumput laut.

"Pengolahan dan pemberian nilai tambah itu tidak semudah itu, dan mencari investasi juga tidak mudah. Karena rumput laut itu digarap langsung petani dan untuk mengembangkan pabrik membutuhkan modal besar yang tidak banyak yang tertarik," jelanya.

Safari juga menambahkan bila pemerintah benar-benar ingin meningkatkan hilirisasi rumput laut dalam negeri, maka sejatinya jangan sampai melakukan penghalangan ekspor rumput laut. Pasalnya bila berkaca dengan pengembangan industri kakao yang mengakibatkan adanya pungutan bea ekspor kakao yang terlampau besar sehingga mengakibatkan minat petani kakao turun. Khawatirnya hal serupa juga bisa terjadi dalam proses hilirisasi rumput laut, ataupun komoditas lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×