Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain mendapatkan pendapatan dari farebox atau penjualan tiket, PT MRT Jakarta juga mendulang pendapatan dari non-farebox atau recurring income di luar pendapatan tiket. Pendapatan tersebut sampai dengan saat ini kontribusinya justru lebih besar ketimbang pendapatan tiket.
William Sabandar, Direktur Utama MRT Jakarta menyebut bahwa pendapatan recurring income tersebut didapatkan dari pendapatan iklan, naming right, ritel dan telekomunikasi. Tahun ini, targetnya pendapatan non-farebox bisa mencapai Rp 100 miliar.
"Kira-kira (realisasinya) tahun ini akan di atas itu. Tahun depan kami lihat lagi, tetapi tahun ini kami yakin terpenuhi dan bahkan bisa melewati target," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/8)
Baca Juga: Pengembangan MRT jadi prioritas pembangunan di Jakarta
Pendapatan recurring income yang cukup baik kontribusinya ini bisa membantu MRT Jakarta untuk mengurangi beban subsidi yang diberikan pemerintah. Mayoritas pendapatan tersebut digunakan untuk mendukung operasional perusahaan.
"Pendapatan non farebox itu sangat signifikan dan nilainya sampai dengan hari ini sama dengan pendapatan tiket bahkan lebih besar," lanjutnya.
?Ke depan, dirinya menyebut bakal terus memaksimalkan pendapatan recurring income untuk ruang komersial di stasiun. Bahkan nantinya, manajemen juga berpikir untuk bisa memonetisasikan ruang komersial dil uar stasiun yang terintegrasi dengan MRT Jakarta.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) berencana merenovasi ulang Intiland Tower awal 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News