kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serapan FAME tahun ini berpotensi turun 13% akibat corona


Kamis, 16 April 2020 / 19:51 WIB
Serapan FAME tahun ini berpotensi turun 13% akibat corona
ILUSTRASI. Semula serapan FAME pada tahun ini diharapkan mampu mencapai 9,6 juta kiloliter.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan penurunan serapan fatty acid methyl ester (FAME) sebesar 13% pada tahun ini akibat pandemi corona.

Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna menjelaskan, semula serapan FAME pada tahun ini diharapkan mampu mencapai 9,6 juta kiloliter. "Namun dengan adanya pandemi corona, perhitungan saat ini bisa turun kurang lebih 13% tapi bisa saja berubah tergantung kondisi ke depan," jelas Feby kepada Kontan.co.id, Kamis (16/4).

Feby melanjutkan, realisasi penyerapan FAME hingga kuartal I 2020 mencapai 2,1 juta kiloliter. Adapun, potensi penurunan serapan diprediksi sebagi imbas dari kurangnya serapan sektor transportasi.

Baca Juga: Pemerintah didesak segera menetapkan standar dan nomenklatur bahan bakar nabati

Sebelumnya, Kementerian ESDM optimistis terhadap implementasi B30 atau pencampuran 30% biodiesel dalam minyak solar. Harapannya, penyerapan fatty acid methyl ester (FAME) menjadi lebih tinggi pada tahun ini.

Pemerintah pun menargetkan target produksi FAME di tahun ini sebesar 10 juta kiloliter. Bahkan, sepanjang tahun lalu, implementasi B20 dapat terserap hingga 6,26 juta kiloliter.

Selain itu, dalam dua tahun terakhir, produksi FAME terus meningkat. Bahkan, realisasi produksi FAME mencapai 8,37 juta kiloliter dari target yang dicanangkan sebanyak 7,37 juta kiloliter.

Baca Juga: Kementerian ESDM optimistis serapan FAME tumbuh tinggi di 2020

Dalam catatan Kontan.co.id, berikut perusahaan-perusahaan yang memasok biodiesel berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 199K/20/MEM/2019 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari-Desember 2020:

  1. PT Pertamina (Persero): 8.382.300 KL
  2. PT AKR Corporindo Tbk: 498.683 KL
  3. PT Exxonmobil Lubricants Indonesia: 139.631 KL
  4. PT Jasatama Petroindo: 63.000 KL
  5. PT Petro Andalan Nusantara: 201.825 KL
  6. PT Shell Indonesia: 30.220 KL
  7. PT Cosmic Indonesia: 11.694 KL
  8. PT Cosmic Petroleum Nusantara: 29.715 KL
  9. PT Energi Coal Prima: 91.976 KL
  10. PT Gasemas: 60.318 KL
  11. PT Jagad Energy: 5.040 KL
  12. PT Petro Energi Samudera: 4.500 KL
  13. PT Baria Bulk Terminal: 12.600 KL
  14. PT Mitra Andalan Batam: 4.085 KL
  15. PT Yavindo Sumber Persada: 7.200 KL
  16. PT Sinaralam Dutaperdana II: 30.000 KL
  17. PT Syuria Bahtera Harapan Mandiri: 890 KL
  18. PT Kalimantan Sumber Energi: 16.454 KL

Baca Juga: Februari 2020, harga indeks pasar biodiesel Rp 9.539, bioetanol Rp 10.384 per liter

PT Pertamina berencana mengembangkan storage biodiesel di tiga lokasi pada tahun 2020 seiring upaya peningkatan pemanfaatan biodiesel.

Vice President Corporate Communications Pertamina Fajriyah Usman bilang langkah ini sejalan dengan peningkatan penyaluran B30 di tahun ini yang mencapai 8,38 juta kiloliter. "Pengembangan storage di tiga lokasi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) yaitu Tanjung Uban, Teluk Kabung dan Tanjung Gerem," jelas Fajriyah kepada kontan.co.id, Februari lalu.

Fajriyah melanjutkan sepanjang 2019 lalu, Pertamina menyiapkan 29 titik storage untuk pencampuran B30 yang kemudian disalurkan ke TBBM di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, Pertamina memiliki 114 TBBM dan seluruh TBBM telah memiliki storage untuk pencampuran B30.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×