kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setelah harga batubara, kini harga gas dipatok US$ 6 per mmbtu untuk pembangkit


Selasa, 20 November 2018 / 12:38 WIB
Setelah harga batubara, kini harga gas dipatok US$ 6 per mmbtu untuk pembangkit
ILUSTRASI. Dirut PLN Sofyan Basir Tanggapi Rumahnya Digeledah KPK


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera membahas harga gas bumi untuk sektor ketenagalistrikan. Pasalnya, PT Perusahaan Listrik Negara persero (PLN) telah menyampaikan surat penetapan harga gas khusus listrik kepada Menteri ESDM, Ignatius Jonan.

“Suratnya baru sampai ke Pak Menteri (ESDM), baru disposisi ke saya,” ungkap Direktur Jendral Ketenagalistrikan Andy N. Sommeng bertempat di Kantor Kementerian ESDM, Senin (19/11).

Andy bilang, dalam surat itu, PLN meminta supaya pemerintah mematok harga gas sebesar US$ 6 per mmbtu sampai ke pembangkit listrik (plant gate). Usulan tersebut, lanjut Andy, sesuai dengan hasil rapat Panitia Kerja (Panja) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Untuk menindak lanjuti usulan tersebut, Andy menyebut bahwa pemerintah akan membahasnya dalam rapat penyusunan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2019-2028 yang akan digelar pada Kamis, pekan ini. “Mungkin dimasukkan (usulan) itu juga. Dibahas di (penyusunan) RUPTL, Kamis ini,” imbuhnya.

Menurut Andy, usulan pematokan harga gas untuk kelistrikan ini bukan semata-mata karena kondisi keuangan PLN yang sedang merugi. Tapi, lebih sebagai upaya dalam menjaga keberlanjutan, dengan menyeimbangkan biaya di hulu dengan tarif di hilir pada sektor kelistrikan ini.

Pemerintah, lanjut Andy, akan memikirkan cara supaya ada keseimbangan antara harga di hulu yang berfluktuasi, dengan harga di hilir yang cenderung tetap. Sehingga keterjangkauan (affordability) tarif akan tetap terjaga dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan daya kompetitif industri, tanpa mengorbankan PLN yang sebagai perusahaan membutuhkan keuntungan untuk inevestasi atau pengembangan operasi.

“Ya kita perlu pikirkan dong supaya jangan sampai proses produksi di sini terganggu, dan juga memikirkan keberlangsungan. Karena dari sisi masyarakat ingin listrik tersedia, harga terjangkau. Tapi BUMN (PLN) juga butuh dalam rangka pengebangan investasi, operasi, dan sebagainya,” jelasnya.

Adapun, menurut Andy, PLN selama ini membeli gas dari industri hulu migas dengan harga yang bervariasi. Mulai dari US$ 7 per mmbtu hingga US$ 11 per mmbtu, yang disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti fluktuasi harga, jenis dan tempat.
“Ada mulai US$ 7 , US$ 11 (per mmbtu), macam-macam. Tergantung tempat, tergantung dari LNG, yang melalui pipa,” imbuhnya.

Sedangkan pada kuartal III-2018 ini, asal tahu saja, PLN telag menanggung rugi bersih sebesar Rp 18,50 triliun. Padahal, jika dibandingkan secara yar on year (yoy) atau periode yang sama tahun lalu, PLN masih memiliki laba senilai Rp 3,04 triliun. Kerugian bersih yang diderita oleh PLN itu disebabkan karena beban usaha yang melonjak hingga 11,82% menjadi Rp 224 triliun dari yang sebelumnya Rp 200,31 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×