kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Setelah Shandong, kini Pengxin melirik Martabe


Selasa, 05 Juni 2018 / 06:52 WIB
Setelah Shandong, kini Pengxin melirik Martabe
ILUSTRASI. G-Resouces Martabe


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pertambangan di Indonesia menggiurkan. Terbaru, perusahaan asal Tiongkok, Chinas Pengxin International Mining Co Ltd berminat membeli tambang emas Martabe milik PT Agincourt Resources, di Sumatera Utara dengan nilai US$ 1,5 miliar.

Pada tahun 2016, G-Resources Group Limited menjual 95% saham tambang Martabe ke Grup Djarum dan Wilmar. Harga penjualan waktu itu sekitar US$ 775 Juta.

Katarina Siburian Hardono, Senior Manajer Corporate Communication PT Agincourt Resources, pengelola pertambangan Martabe, mengatakan sejauh ini belum ada aksi korporasi meskipun memang Pengxin berminat mengakuisisi. "Baru lihat-lihat saja ke tambang, sama seperti beberapa peminat lain. Sudah banyak juga yang ke sana untuk melihat tambang langsung," kata dia kepada KONTAN, Senin (4/6).

Dia menjelaskan, tambang emas Martabe memang potensial dan memiliki sumber daya yang sangat menjanjikan. Itu sebabnya, tambang ini menjadi incaran banyak perusahaan, baik dalam maupun luar negeri. Maka dari itu, pihaknya sangat terbuka kepada siapapun yang berminat melakukan akuisisi.

Pada tahun 2017, kabar pembelian tambang emas Martabe juga menyebar. Yang berminat perusahaan asal China juga, yakni Shandong Gold Group. Perusahaan tersebut dikabarkan menawar dengan harga yang sama dengan yakni senilai US$ 1,5 miliar atau Rp 21 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).

Namun sayangnya, Katarina belum mengetahui lebih mendetail apakah sudah sampai kepada penawaran harga, seperti yang diisukan sebesar US$ 1,5 miliar itu. Dia hanya bilang, semuanya masih dalam penjajakan. "Nanti kalau ada perkembangan lebih lanjut, saya informasikan" ungkapnya.

Jika kita tarik ke belakang, Tambang emas Martabe pada Maret tahun 2016 resmi di akuisisi oleh Grup Djarum, Wilmar serta EMR Capital dan US Investment Fund Farallon dari PT Agincourt Resources. Pemilik perusahaan asal Hong Kong, G-Resources Group Limited.

Sepanjang tahun ini, Agincourt Resources menargetkan produksi emas dan perak dari tambang emas Martabe sama dengan tahun lalu, yakni pada kisaran 250.000 ons sampai 300.000 ons. Sementara untuk produksi perak sebesar 2 juta ons–2,5 juta ons. "Guideline setiap tahun tidak berubah," ungkapnya.

Yang jelas, kata Katarina, Agincourt Resources tetap fokus pada kinerja produksi. Juga melakukan kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan bijih tambahan di sekitar pit yang dikelola.

Sementara, program tahun 2018 ini, akan berfokus pada peningkatan produksi dan produktivitas. Seperti halnya, konversi sumber daya tambahan menjadi cadangan dan juga memulai studi prakelayakan awal untuk mineralisasi sulfida.

Ketiga program tersebut, jelas Katarina, berpotensi meningkatkan cadangan dan umur tambang lebih lanjut. "Dan kita juga sudah mulai kegiatan penambangan di pit ketiga yaitu Ramba Joring," ungkapnya. Wilayah tambang emas Martabe masih prospektif dan masa konsesi berlaku hingga tahun 2043. Perusahaan mulai digarap di 1997.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×