Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tambang emas Martabe, di Sumatra Utara banyak yang membidik. Akhir-akhir ini, terdengar kabar perusahaan asal China, yakni China’s Pengxin International Mining Co Ltd juga berniat akan melakukan akuisisi dengan harga US$ 1,5 miliar.
Ketika dikonfirmasi atas pembelian tambang tersebut, Senior Manager Corporate Communication PT Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono membenarkan atas hal itu. Hanya saja, sejauh ini belum ada aksi korporasi yang dilakukan.
“Baru lihat-lihat saja ke tambang, sama seperti beberapa peminat lainnya. Sudah banyak juga yang kesana untuk melihat tambang langsung,” kata Katarina menjawab kabar China’s Pengxin International Mining Co Ltd mengakuisisi tambang emas Martabe, kepada Kontan.co.id, Senin (4/6).
Tambang emas Martabe, kata Katarina, memang potensial dan memiliki sumber daya yang sangat menjanjikan. Sehingga banyak diminati oleh perusahaan, baik dalam maupun luar negeri. Maka dari itu, kata Katarina, pihaknya sangat terbuka kepada siapapun yang berminat melakukan akuisisi.
Pada tahun 2017, kabar pembelian tambang emas Martabe juga pada menyebar. Yakni perusahaan asal China juga, Shandong Gold Group yang juga katanya menawar dengan harga yang sama dengan yakni senilai US$ 1,5 miliar. “Iya, ada beberapa memang yang sudah sampai berkunjung ke site ya,” ungkap Katarina.
Namun sayangnya, Katarina belum mengetahui lebih detil apakah sudah sampai kepada penawaran harga, seperti yang diisukan sebesar US$ 1,5 miliar itu. Dia hanya bilang, semuanya masih dalam penjajakan.
“Setahu saya baru sampai penjajakan. Nanti kalau ada perkembangan lebih lanjut, saya info ya,” ungkap Katarina.
Asal tahu saja, tambang emas Martabe pada Maret tahun 2016 resmi diakuisisi oleh Grup Djarum dan Wilmar serta EMR Capital dan US Investment Fund Farallon dari PT Agincourt Resources milik perusahaan asal Hong Kong, G-Resources Group Limited.
Perinciannya, Wilmar berandil 11% dari pembelian 95% saham Agincourt itu, dan Grup Djarum menopang porsi 7%. EMR Capital menyokong 62% dan US Investment Fund Farallon menopang 20%. Adapun 5% saham Agincourt masih dimiliki PT Artha Nugraha Agung. Perusahaan ini 70% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30% milik Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.
Sepanjang tahun ini, Agincourt Resources menargetkan produksi emas dan perak dari tambang emas Martabe sama dengan tahun lalu yakni pada kisaran 250.000 ounces - 300.000 ounces. Sementara untuk produksi perak sebesar 2 juta ounces - 2,5 juta ounces. “Guidlines tiap tahun tidak berubah,” ungkapnya.
Yang jelas, kata Katarina, Agincourt Resources tetap fokus pada kinerja produksi, dan juga terus melakukan kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan bijih tambahan di sekitar pit yang saat ini sedang dikelola.
Sementara, untuk program tahun 2018 ini, akan berfokus pada peningkatan produksi dan produktivitas. Seperti halnya, konversi sumber daya tambahan menjadi cadangan dan juga memulai studi prakelayakan awal untuk mineralisasi sulfida.
Ketiga program tersebut, jelas Katarina, berpotensi untuk meningkatkan cadangan dan umur tambang lebih lanjut. “Dan kita juga sudah mulai kegiatan penambangan di pit ketiga yaitu Ramba Joring,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News