kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siam Cement Group bidik perusahaan kertas lokal


Jumat, 16 Agustus 2013 / 07:14 WIB
Siam Cement Group bidik perusahaan kertas lokal
ILUSTRASI. Kapal perang Rusia Admiral Vinogradov melakukan peluncuran rudal selama latihan [ada 28 Februari 2018. Rusia menggempur Ukraina dengan rudal jelajah dari kapal perang di Laut Hitam dan Kaspia, begini kemampuannya.


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Amailia Putri

BANGKOK. Siam Cement Group (SCG) berniat memperbesar bisnisnya di Indonesia. Raja semen asal Thailand ini bukan hanya ingin mengembangkan bisnis yang sudah ada, tetapi juga merambah bisnis baru yang tengah tumbuh di Indonesia.

Perusahaan yang telah berdiri hampir 100 tahun ini berambisi menjadi perusahaan yang bisa menaklukkan pasar Asia Tenggara pada tahun 2015 mendatang. Salah satu pasar yang dinilai menjanjikan adalah Indonesia.

Kan Trakulhoon, Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) Siam Cement Group mengatakan, pihaknya akan mengakuisisi perusahaan kertas yang ada di Indonesia. "Kami akan mengembangkan bisnis kertas di Indonesia yang selama ini belum kami garap," ujarnya di Bangkok, Kamis (15/8).
Namun, Trakulhoon belum mau blak-blakan soal aksi korporasi tersebut. Ia beralasan, manajemennya masih melakukan penjajakan. "Butuh satu hingga dua tahun untuk penjajakan," imbuhnya.

Membangun pabrik

Tampaknya, aksi akuisisi ini masuk ke dalam daftar rencana bisnis SGC tahun ini. Pasalnya, Chaovalit Ekabut, Vice President Finance and Investment and Chief Financial Officer Siam Cement Group pernah mengatakan, perusahaannya berencana mengakuisisi dua perusahaan hingga tiga perusahaan lokal.

Tetapi, Ekabut pun belum bersedia menjelaskan lebih lanjut strategis itu. Ia hanya bilang, lini bisnis perusahaan yang mereka bidik masih sejalan dengan lini bisnis yang digeluti SGC. Ada lima lini usaha yang menjadi fokus SGC, yaitu semen, bahan bangunan, distribusi, produk kertas, dan bahan baku kimia.

Saat ini, SGC memiliki portofolio bisnis di Indonesia yang meliputi PT SCG Readymix Indonesia (Jayamix, produsen beton), PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN) di bidang distribusi semen, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) di bisnis kimia, serta produsen keramik PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS).

SCG terus mematangkan rencana membangun pabrik semen di Indonesia melalui anak usahanya, PT Semen Jawa. Trakulhoon mengklaim, rencana pendirian pabrik sejauh ini masih on track. Pihaknya sudah menunjuk kontraktor dan menyelesaikan pembebasan lahan.

Targetnya, peletakan batu pertama (ground breaking) pabrik akan dilakukan akhir September 2013 nanti. Jika berjalan lancar, pabrik anyar ini sudah bisa beroperasi di paruh kedua tahun 2015 mendatang.

Awal tahun ini, SCG mengumumkan pembentukan anak usaha Semen Jawa dengan kepemilikan saham 95%. Pabrik yang rencananya memiliki kapasitas produksi hingga 1,8 juta ton ini berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat. Adapun biaya investasi yang akan dikeluarkan ditaksir mencapai US$ 356 juta.

Asal tahu saja, Indonesia merupakan pasar terbesar kedua bagi SCG setelah Thailand. Total investasi SCG di Indonesia sepanjang 2012 lalu mencapai US$ 532 juta. Mayoritas dana digunakan untuk mengakuisisi Jayamix, yaitu sebesar US$ 135 juta.

Adapun total aset SCG di luar Thailand mencapai US$ 2,1 miliar. Di Indonesia, aset anak usaha SGC hingga tahun lalu sebesar US$ 983 juta. Lebih lanjut, Trakulhoon menjelaskan, pertumbuhan penjualan SCG di Indonesia selama Juli 2013 hanya berkisar 6%-7% berdasarkan volume. Padahal biasanya pertumbuhan bisa mencapai 10%.

Namun, Trakulhoon tidak menjelaskan lebih lanjut alasan pertumbuhan yang melambat tersebut. Sedangkan di Thailand, tahun ini, SCG menargetkan bisa meraih pertumbuhan penjualan sekitar 5%-7%. Sejatinya, penjualan SCG sepanjang semester I-2013 sudah tumbuh 10% year. Namun ia memproyeksikan, pertumbuhan di semester dua akan melambat.

Hingga paro pertama tahun 2013, SCG sudah menyerap anggaran penelitian dan pengembangan senilai 883 juta baht. Anggaran itu mayoritas dipakai untuk membuat produk bernilai tambah. Misalnya, semen yang bisa memperbaiki sendiri keretakan. Maklum, produk bernilai tambah menyumbang 34% dari penjualan SCG selama semester I-2013. SCG berharap kontribusi produk tersebut bertambah menjadi 50% pada tahun 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×