Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menganggarkan dana jumbo untuk menjamin ketersediaan listrik untuk Blok Rokan. Setidaknya, perusahaan setrum negara ini siap merogoh kocek hingga Rp 11 triliun untuk hal tersebut.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengungkapkan, perkiraan investasi sekitar Rp 10,7 triliun hingga Rp 11 triliun. Dana tersebut sudah meliputi akuisisi 100% saham PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang dimiliki oleh Chevron Standard Limited dan penyiapan interkoneksi sistem Sumatra.
"Saat ini, secara total termasuk bangun transmisi yang ada kami alokasikan sekitar Rp 10,7 triliun sampai Rp 11 triliun. Kami siapkan untuk mendrive dan bangun transmisi dengan keandalan tinggi," kata Bob dalam Konferensi Pers Virtual, Selasa (5/7).
Kendati demikian, Bob masih belum bisa merinci lebih jauh detail peruntukan investasi yang telah disiapkan. Yang terang, dana yang dikeluarkan baru untuk membayar deposit pembelian saham MCTN.
Baca Juga: Sah! PLN akuisisi 100% saham MCTN, siap kelola pembangkit listrik Blok Rokan
Dia menambahkan, dana yang disiapkan bersumber dari internal perusahaan. Kebutuhan investasi dinilai tak menjadi soal pasalnya pendapatan PLN dalam sebulan disebut bisa mencapai Rp 21 triliun.
Nantinya, aset PLTGU yang ada bakal digunakan untuk kurun waktu tiga tahun sembari PLN menyiapkan interkoneksi sistem yang ada. "Saat ini sudah hampir jadi sistem 500 KV, harapannya ketika sudah jadi listrik Sumatra akan kuat sekali," imbuh Bob.
Bob menjelaskan, kebutuhan listrik bakal dipasok dari sejumlah PLTU di Sumatra Selatan dan beberapa pembangkit EBT dari Sumatra Utara. Dengan kondisi ini, harga listrik yang ditawarkan juga diharapkan bisa lebih murah.
Bob melanjutkan, nantinya pasokan listrik untuk Blok Rokan mencapai 270 MW dan uap 335.000 BSPD.
Baca Juga: Jaga pasokan listrik rumah sakit dan industri oksigen, PLN siagakan ribuan personel
Sejatinya, kebutuhan listrik di Blok Rokan mencapai 400 MW yang dipasok dari tiga pembangkit. Selain PLTGU North Duri Cogen (NDC) milik MCTN yang telah diakuisisi oleh PLN, dua pembangkit lainnya yakni PLTG Minas dan Central Duri dengan kapasitas 130 MW.
Kedua pembangkit ini masuk dalam cost recovery sehingga telah menjadi milik negara melalui Pertamina Hulu Rokan. Bob mengungkapkan bisa saja nantinya dua pembangkit ini masuk dalam sistem interkoneksi PLN sehingga dikelola PLN.
Baca Juga: PLN siap gelontorkan Rp 2,33 triliun untuk stimulus listrik di kuartal III-2021
Kendati demikian, melihat usia dua pembangkit yang sudah cukup uzur maka besar kemungkinan kebutuhan listrik ke depannya tak lagi mengandalkan kedua pembangkit ini. Kebutuhan listrik pengganti diharapkan bisa dipasok dari sistem Sumatra.
Merujuk pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, harga yang ditetapkan untuk PLTGU NDC disebut mencapai US$ 300 juta. Jumlah ini meningkat dibanding harga saat dibeli 20 tahun silam yang sebesar sebesar US$ 190 juta.
Dalam prosesnya, PLN pun sempat berniat menawar pembangkit ini dengan harga US$ 30 juta.
Selanjutnya: PPKM Darurat berlaku, begini dampaknya ke konsumsi listrik dan BBM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News