kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siap-siap, dua hal ini bisa bikin harga AC melambung


Minggu, 06 Desember 2020 / 14:28 WIB
Siap-siap, dua hal ini bisa bikin harga AC melambung
ILUSTRASI. Toko elektronik yang menjual bermacam-macam Penyejuk Udara atau Air Conditioner (AC) di Jakarta (27/1). Foto: KONTAN/Achmad Fauzie


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen negatif mendera pengusaha importir air conditioner (AC) beberapa waktu belakangan ini. Mulai dari seleksi impor  AC sehingga peritel mengeluh terjadi kelangkaan AC di pasar, hingga kelangkaan kontainer di pelabuhan. Dua hal ini dinilai pelaku usaha menjadi biang kerok harga AC impor akan melambung di tingkat ritel. 

Sebagai informasi saja, seleksi impor barang konsumsi diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Impor Alas Kaki, Elektronik, dan Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga. 

Adanya kebijakan yang terburu-buru diimplementasikan ini membuat  importir AC jadi kelabakan. Mereka mengeluh terjadi hambatan importasi AC karena perizinan impor (PI) tidak kunjung keluar dari Kemendag. Namun belakangan pada November, PI sudah diterima sejumlah pengusaha. Kendati demikian, importir tidak puas karena kuota impor tidak sesuai dengan permintaan dan rencana penjualan. 

Baca Juga: Dorong daya saing, Kemenperin terapkan industri hijau dan circular economy

Iffan Suryanto Muslim, Ketua Umum Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) menjelaskan  asosiasi tidak bisa membagikan jumlah detail unit kuota impor AC yang didapatkan. Namun, sebagai gambaran, kuota impor ini hanya bisa memenuhi 1-2 bulan maksimal jualan saja. 

Sedangkan, menurut hitungan Perprindo, saat ini sekitar 80% kebutuhan AC di Indonesia tiap tahunnya berkisar 2,5 juta hingga 3 juta unit yang dipenuhi secara impor. 

Selain kuota impor yang tidak memenuhi kebutuhan di pasar, importir  juga mengalami kelangkaan kontainer sehingga biaya importasi naik tiga sampai lima kali lipat. Dengan dua masalah ini, Iffan mengatakan akan terjadi kenaikan harga 5%-10% AC di pasar. 

"Nah, tapi saat ini rupiah juga sedang menguat, sehingga dilihat dulu saja supply dan demand-nya di market. Tapi sejauh ini memang tendensi kenaikan harga jelas ada," kata Iffan kepada Kontan.co.id, Jumat (4/12). 

Kemudian, Sharp Electronics Indonesia (SEID) yang 100% mengimpor AC-nya juga mengalami masalah yang sama. Andry Adi Utomo selaku National Sales Sr. General Manager SEID menjelaskan saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan setelah menerima beberapa masukan dari berbagai pihak sehingga bersedia untuk mempertimbangkan dan memberikan kuota. 

Baca Juga: Industri baru serap 10% garam produksi PT Garam

"Walaupun masih jauh dari harapan kita untuk dapat memenuhi kebutuhan market saat ini," kata Andry. 

Adapun sampai akhir tahun ini, kuota yang SEID dapatkan hanya cukup untuk memenuhi penjualan selama kurang lebih 1,5  bulan saja. 

Andry mengakui SEID masih mengalami masalah yang sama seperti sebelumnya, yaitu belum bisa mengimpor AC sehingga stok impor AC saat ini belum masuk. Andry mengatakan kemungkinan akan masuk di minggu depan secara bertahap. 

Selain itu, SEID juga merasakan hambatan impor dari kelangkaan kontainer di pelabuhan. "Harga AC naik 7% karena biaya kontainer yang naik 5 kali lipat akibat kelangkaan kontainer di sana. Estimasinya harga pasar akan terkoreksi naik kisaran 7% sampai 10%," kata Andry. 

Sebagai informasi saja, sebelumnya Kontan.co.id sempat menyambangi sejumlah toko ritel di Tangerang Selatan dan Jakarta Pusat. Hasilnya, semua toko di tingkat peritel sudah mulai kehabisan stok AC impor. 

Sebagai contoh, Toko Jaya Suara Mas Elektronik di Tangerang Selatan sudah hampir dua bulan lebih stok AC Daikin dan Sharp kosong di tokonya.

Baca Juga: Menko Airlangga sebut pemulihan ekonomi semakin nyata

Endang sebagai pemilik toko mengakui saat ini harga AC impor sudah kacau di pasaran, bahkan ada toko yang "nakal" menaikkan harga AC Daikin hingga Rp 1 juta. Peritel berani menaikkan harga jual karena ada saja konsumen yang fanatik dengan merek tertentu sehingga rela membeli dengan harga tinggi.

"Jika penjualan produk lokal dibanding dengan produk impor, konsumen masih lebih cenderung beli impor. Di daerah Tangerang Selatan, Polytron tidak begitu laku karena konsumen memilih harga menengah ke atas," jelasnya saat ditemui Kontan.co.id, Senin (23/11). 

Jika produk AC impor kosong, Endang  akan mengarahkan konsumen membeli AC lokal dengan harga yang mendekati keinginan konsumen.

Selanjutnya: Keamanan Konsumen, standardisasi dibutuhkan untuk industri vape Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×