kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siap-siap menghadapi krisis terigu pasca-Lebaran


Selasa, 24 Agustus 2010 / 14:44 WIB
Siap-siap menghadapi krisis terigu pasca-Lebaran


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Hitungan suplai terigu untuk masa sesudah Lebaran bulan September 2010 mendatang sudah tergambar jelas. Yaitu, Indonesia bakal kekurangan suplai terigu. Untuk sementara, hingga Lebaran tiba, pasokan masih terbilang aman.

“Karena Rusia menghentikan ekspor gandumnya, Turki tidak bisa memproduksi terigu,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Pangan Indonesia (Aspipin) Budiyanto kepada KONTAN, Selasa (24/8).

Pernyataan Budiyanto tersebut sejalan dengan Franky Welirang, Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) ,kemarin. Menurut Franky, saat ini terigu asal Turki belum bisa masuk ke Indonesia karena pasokan gandum Turki juga tidak ada. Nah, eksportir yang biasanya mengapalkan gandum ke Indonesia, kemungkinan akan mendahulukan pendistribusian gandumnya untuk pasar lokal.

Lantas, bagaimana memenuhi pasokan terigu di dalam negeri? Budiyanto menyatakan, salah satu cara untuk menambal kekurangan tersebut adalah dengan memindahkan negara tujuan impor yang semula Turki ke Australia. Dus, dari Negeri Kanguru inilah Indonesia akan memenuhi kebutuhan gandumnya.

Franky punya tambalan lain, yaitu dengan menyedot terigu dari industri terigu nasional. Menurutnya, pasokan terigu dari produsen dalam negeri akan aman karena memiliki kontrak jangka panjang dengan pemasok gandum. Bahkan, beberapa waktu lalu, Franky juga sempat menyebut India sebagai salah satu negara yang berpotensi mengirimkan terigunya. Apalagi, Negeri Gangga ini berencana membuka keran ekspor gandumnya.

“Kalau India buka keran ekspor, maka dimungkinkan impor terigu dari India,” kata Franky.

Berdampak pada harga


Terbatasnya suplai terigu ini akan mempengaruhi harga terigu di dalam negeri. Apalagi, Indonesia akan sangat bergantung pada suplai gandum dari Australia. Asal tahu saja, selama ini terigu Turki menjadi penyeimbang harga terigu impor lantaran banderolnya lebih murah.

Budiyanto memperkirakan, harga terigu akan mengalami kenaikan setelah Lebaran. Pasalnya, terigu yang dilepas ke pasaran hingga masa Lebaran mendatang merupakan terigu stok lama yang masih berbanderol lama pula.

“Harga terigu lama US$ 275 per ton. Sekarang ini harga sudah mencapai US$ 400 per ton, tapi barangnya juga tidak tersedia,” jelas Budiyanto.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×