kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,82   6,22   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siapa Bertanggungjawab dengan Kualitas Tabung Elpiji?


Selasa, 22 Juni 2010 / 18:23 WIB
Siapa Bertanggungjawab dengan Kualitas Tabung Elpiji?


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Wakil manajemen LSPRO (Lembaga Sertifikasi Produk), Kementerian Perindustrian, Agus Suminto mengatakan tanggung jawab tabung gas yang beredar ada di Kementerian Perdagangan. Sedangkan, LSPRO hanya bertanggungjawab untuk menyatakan apakah produk tersebut sudah memenuhi SNI atau belum.

Agus mengungkapkan, untuk mendapatkan sertifikasi produk SNI tersebut, LSPRO akan melakukan pengecekan sampel proses pembuatan hingga pengisian gas apakah sudah memenuhi syarat atau tidak. Sayangnya, pengecekan tersebut dilakukan hanya dilakukan di dalam pabrik. Kementerian Perindustrian tidak bertanggungjawab dengan barang yang beredar di masyarakat. SNI tersebut, lanjut Agus akan menjadi prasyarat bagi perusahaan tabung gas untuk mengikuti tender elpiji 3kg.

"Kita hanya mengevaluasi produk di pabrik tidak sampai ke pasar. Jika sudah memenuhi syarat maka, akan kita berikan sertifikasi. Hingga saat ini ada sekitar 70 produsen tabung gas yang sudah memiliki sertifikasi. Evaluasi kita lakukan satu tahun sekali, jika tiap bulan maka pabrik tidak akan mampu mengatasi overhead-nya," kata Agus.

Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi menilai program konversi minyak tanah ini merupakan program milik Jusuf Kalla, sehingga pemerintahan sekarang seolah-olah lepas tangan dan tidak ada koordinasi antara instansi pemerintah. "YLKI baru saja menerima surat dari Pertamina untuk diikutsertakan dalam tim monitoring. Tapi kita memutuskan tidak akan ikut karena seharusnya tim monitoring yang membentuk adalah pemerintah bukan Pertamina. Saat ini yang terlihat garda depan Pertamina yang mengambil fungsi itu," kata Tulus.

Sejak digulirkan 2007 hingga Mei 2010, program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg telah didistribusikan paket perdana sebanyak 44.465 paket. Dari program tersebut, selama tiga tahun telah dilakukan penarikan minyak tanah sebesar 10.658 Kiloliter (KL). Bahkan sukses menarik minyak tanah, pada kuartal pertama 2010, perusahaan minyak plat merah bisa mengekspor minyak tanah sebesar 1,4 KL.

Dari sisi penghematan program konversi ini tidak hanya menghemat pengeluaran negara tetapi juga pengeluaran rumah tangga. Selama periode konversi hingga Mei 2010, penghematan negara dari program ini mencapai Rp 28,49 triliun. Sedangkan ketika memakai asumsi satu liter minyak tanah setara dengan 0,57 kg elpiji. Penghematan rumah tangga atau UKM setiap bulannya sebesar Rp 27.000 atau dalam satu tahun bisa mencapai Rp 324.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×