Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara itu untuk komoditas feronikel, Antam menargetkan volume produksi dan penjualan di tahun 2021 sebesar 26.000 ton nikel dalam feronikel (TNi). Angka tersebut naik tipis dibanding capaian produksi dan penjualan (unaudited) tahun 2020 masing-masing sebesar 25.970 TNi dan 26.163 TNi. Target produksi tersebut sejalan dengan optimalisasi produksi pabrik Feronikel Pomalaa di Sulawesi Tenggara.
Senada, Chief Financial Officer (CFO) INCO Bernardus Irmanto mengatakan bahwa INCO menjadikan strategi pengendalian biaya dan peningkatan produktivitas sebagai kunci dalam menyiasati fluktuasi harga. Salah satu contohnya seperti dengan cara mengefisienkan penggunaan energi setiap output produksi.
“Jadi fokus saja ke dua hal tersebut sambil memaksimalkan operasi produksi dengan tetap mengedepankan kesehatan dan keselamatan kerja,” tutur Bernardus saat dihubungi Kontan.co.id (10/3).
Baca Juga: ANTM dan Tiga Entitas Lainnya, Bersinergi dalam Holding BUMN Baterai Mulai Juni 2021
Diakui Bernadus, harga jual nikel INCO juga tidak terlepas dari pengaruh fluktuasi harga. Bernadus, INCO menggunakan rata-rata harga jual nikel bursa LME bulan sebelumnya dalam melakukan jual beli. Dus, semisal penurunan terjadi di bulan Maret, maka efeknya dirasakan di bulan April pada penjualan INCO.
Sedikit informasi, mengutip laman resmi perusahaan, INCO menjual nikel dalam bentuk matte, yaitu produk antara yang digunakan dalam pembuatan nikel rafinasi dengan kandungan rata-rata 78% nikel, 1% kobalt, serta 20% sulfur dan logam lainnya.
Tahun ini, INCO mengincar target produksi sekitar 64.000 ton. Angka tersebut lebih rendah dibanding target produksi INCO tahun sebelumnya. Dalam catatan Kontan.co.id, realisasi produksi nikel INCO di tahun 2020 mencapai 72.237 ton, sedangkan volume penjualannya mencapai sebanyak 72.846 ton.
Baca Juga: Pembangunan ulang tungku elektrik INCO mundur, simak rekomendasi analis berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News