Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat mempersilakan pengelolaan limbah pabriknya diaudit secara menyeluruh oleh pihak berwenang, seperti oleh badan lingkungan hidup (BLH) ataupun Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). "Saya mempersilakan audit pengelolaan limbah pabrik kami," kata Irwan Hidayat pada Jumat (16/1/2015).
Lebih lanjut, Irwan Hidayat mengatakan, audit terhadap pengelolaan limbah tersebut sedikitnya berlangsung selama lima hari hingga satu bulan. Audit meliputi pengelolaan limbah di dalam ataupun di luar pabrik. "Dengan demikian, akan diperoleh hasil yang sungguh-sungguh tepat," katanya.
Irwan memaparkan, audit pengelolaan limbah tersebut bahkan bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama, mekanisme audit seperti lazimnya. Yang kedua, audit yang bersifat investigasi senyap. "Istilah saya, silent investigation itu penting untuk mengetahui pengelolaan limbah kami selama ini," tuturnya.
Menurut Irwan, hasil audit yang memadai bisa menjadi catatan yang berguna bagi pihaknya untuk melakukan berbagai perubahan yang mengarah pada perbaikan sistem pengelolaan limbah pabrik yang berdiri di atas tanah sekitar 34 hektare di kawasan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu. "Memang tidak tertutup kemungkinan, pihak Sido Muncul melakukan kesalahan dalam pengelolaan limbah tersebut," akunya.
Paparan Irwan Hidayat itu memang masih terkait dengan Komisi C DPRD Kabupaten Semarang yang menyimpulkan, limbah yang dibuang pabrik jamu PT Sido Muncul ke Sungai Klampok patut dipertanyakan.
Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Semarang, Agus Budiono, mengatakan, hasil dari sidak ke pabrik jamu nasional ini pada Selasa (13/1/2015) menunjukkan secara visual, limbah yang dibuang oleh PT Sido Muncul di Sungai Klampok berwarna hitam dan berbau tajam. Kondisi itu persis dengan yang dikeluhkan oleh masyarakat melalui LSM Organisasi Pelestari Sungai Indonesia (OPSI).
Pada bagian selanjutnya, Irwan Hidayat menyampaikan catatan bahwa sejak empat tahun silam, pihaknya sudah membangun instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Nilai investasi untuk IPAL tersebut sekitar Rp 40 miliar. Pihak Sido Muncul juga mengekspos pipa-pipa penyaluran air limbah secara terbuka atau tidak menanam pipa-pipa tersebut di bawah tanah. Menurut Irwan, proses pengawasan pengelolaan juga memanfaatkan kamera-kamera pemantau atau CCTV.
Irwan Hidayat melanjutkan bahwa ada tujuh pabrik selain Sido Muncul di sepanjang aliran Sungai Klampok. Terkait dengan pengelolaan limbah itu, aku Irwan, pihaknya sudah pernah mengajukan usulan agar audit pengelolaan tersebut juga dilakukan di pabrik-pabrik tersebut. Pembiayaan audit, menurut hemat Irwan, bisa dipikul bersama-sama oleh pihak pengelola pabrik-pabrik tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News