Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Direktur dan Investor Relations BRMS Herwin Hidayat menyampaikan, rencana rights issue ini sangat penting untuk mendanai rencana pengembangan bisnis BRMS. Sebagian besar dari dana rights issue tersebut akan dilalokasikan untuk pembangunan pabrik pengolahan ketiga dengan kapasitas 4.000 ton bijih emas per hari dan pekerjaan pengeboran untuk menambah jumlah cadangan bijih emas di Palu.
“Kami juga berencana melakukan beberapa pekerjaan pengeboran di Gorontalo,” imbuh dia.
Suseno kembali menjelaskan, di masa lalu Rio Tinto Group pernah melakukan pengeboran di 34 lubang bor dengan akumulasi kedalaman 7.900 meter di beberapa proyek dalam lokasi tambang Poboya. Selanjutnya, anak usaha BRMS, yakni CPM, juga telah melakukan pengeboran di 13 lubang bor dalam lokasi tambang yang sama dengan kedalaman 3.000 meter.
Dari hasil-hasil pengeboran tersebut, pihak BRMS berkeyakinan dapat menambah cadangan bijih emas di Poboya, Palu dalam rencana pengeboran di masa mendatang.
Selain itu, bila berjalan sesuai rencana, maka BRMS akan berkembang dari perusahaan dengan kepemilikan satu pabrik pengolahan berkapasitas 500 ton per hari menjadi perusahaan dengan tiga pabrik pengolahan berkapasitas total 8.500 ton per hari di tahun 2023.
“Selanjutnya, kami juga berharap untuk dapat meningkatkan jumlah cadangan bijih emas di lokasi tambang emas Poboya di Palu, Sulawesi, tergantung dari keberhasilan kegiatan pengeboran terkait,” ujarnya.
Tak hanya itu, BRMS berencana untuk menggunakan sebagian dana hasil rights issue untuk menyelesaikan tagihan perusahaan dan unit usahanya sekitar US$ 29 juta kepada PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Salah satunya terkait persiapan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian pabrik pengolahan pertama di Poboya yang telah beroperasi sejak Februari 2020.
Selanjutnya: Kinerja mayoritas emiten batubara melemah di kuartal ketiga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News