kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,08   -0,94   -0.10%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sinyal dari Glencore memoles tembaga


Kamis, 01 Oktober 2015 / 07:50 WIB
Sinyal dari Glencore memoles tembaga


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga tembaga mencoba bangkit dari keterpurukan tiga bulan terakhir. Rencana sejumlah raksasa produsen tembaga dunia memangkas produksi, meniupkan angin segar bagi komoditas logam industri ini.

Mengutip Bloomberg, Rabu (30/9) pukul 11.42 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 2,5% menjadi US$ 5.096 per metrik ton. Kenaikan ini memperkecil koreksi harga tembaga sepanjang kuartal III-2015, yang sempat mencapai 12%.

Pasar suram, karena perlambatan ekonomi di China. Maklum, Tiongkok adalah pengguna terbesar logam industri. Namun kemarin, pasar tembaga lebih bergairah setelah Anglo American Plc dan Glencore Plc mengumumkan rencana pengurangan produksi tahunan sekitar 30.000 metrik ton dari tambang Chile. "Pengumuman ini akan membantu menopang harga tembaga," kata Daniel Briesemann, analis Commerzbank AG, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (30/9).

Andri Hardianto, Research and Analyst Fortis Asia Futures, bilang, kabar lain yang memoles harga tembaga adalah rencana China membeli sebagian kepemilikan tambang tembaga milik Glencore. Inisiatif mengambil alih aset tambang tembaga merupakan respons terhadap prediksi terjadinya defisit pasokan tembaga tahun 2017-2018.

Selain itu, Pemerintah China berencana memberikan insentif pemangkasan pajak penjualan bagi perusahaan otomotif yang memproduksi mobil berkapasitas mesin kecil. Kebijakan tersebut bakal mengerek penjualan mobil. Artinya permintaan tembaga sebagai salah satu bahan baku produksi mobil berpeluang meningkat.

Sentimen dari Amerika Serikat (AS) juga menyokong pasar tembaga. Pasalnya, tingkat keyakinan konsumen (CB Consumer Confidence) di AS meningkat. Ini berefek bagus pada harga tembaga, karena Paman Sam termasuk pengguna terbesar logam industri setelah China dan Eropa.

Itu sebabnya, Andri menilai, sejumlah katalis positif ini bisa menopang harga tembaga dalam jangka pendek. Namun Andri mengingatkan, katalis tersebut tidak serta merta membalikkan tren bearish harga tembaga pada jangka menengah. Ia menduga, hingga akhir tahun ini, tembaga masih dibayangi sentimen negatif. "Selama ekonomi China dan Eropa belum pulih, masih rawan tekanan," katanya.

Apalagi, Morgan Stanley memproyeksi, pertumbuhan permintaan tembaga dari China pada tahun ini hanya 2,8%, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 6,4%. Prediksi Andri, hingga akhir tahun ini, harga tembaga antara US$ 5.000-US$ 5.015 per metrik ton. Sedangkan, pekan ini, masih berpeluang naik ke US$ 5.005-US$ 5.015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×