Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) masih optimistis mengejar target pertumbuhan tahunan sekitar 10% - 12%. Produsen pipa baja las yang juga dikenal dengan nama Spindo ini mencermati sejumlah peluang dan tantangan yang bakal memengaruhi kinerja pada semester II-2025.
Berkaca dari kinerja di awal tahun, top line dan bottom line ISSP kompak merosot. Penjualan dan pendapatan jasa ISSP menyusut 6,56% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 1,37 triliun menjadi Rp 1,28 triliun pada kuartal I-2025.
Penjualan dan pendapatan jasa ISSP mayoritas berasal dari pasar lokal yang mencapai Rp 1,23 triliun atau berkontribusi sekitar 96%. Sementara itu, pada periode yang sama laba bersih ISSP menurun 22,33% (yoy) dari Rp 108,84 miliar menjadi Rp 84,53 miliar.
Chief Strategy Officer, Corporate Secretary & Investor Relations Spindo, Johanes W. Edward mengungkapkan dinamika makro-ekonomi dan geo-politik membawa sejumlah tantangan. Meski di tengah situasi tersebut, Johanes memberikan gambaran bahwa kinerja ISSP pada semester I-2025 masih sesuai ekspektasi.
"Secara umum kinerja pada semester pertama memuaskan, apalagi menimbang kondisi ekonomi domestik dan global yang sangat penuh tantangan. Secara volume kami masih tumbuh walau tipis. Namun demikian kami masih cukup optimistis," ungkap Johanes kepada Kontan.co.id, Senin (7/7).
Baca Juga: Strategi Industri Baja: KRAS, ISSP, GGRP Hadapi Kenaikan Tarif Impor Baja ke AS
Memasuki semester kedua ini, ISSP melihat industri baja, khususnya pada segmen pipa baja masih menghadapi dinamika yang kompleks. Secara global, tekanan geo-politik memengaruhi rantai pasok dan sentimen investor.
Pada saat yang sama, arah kebijakan tarif dari negara-negara mitra dagang utama, seperti peningkatan tarif oleh Amerika Serikat mendorong negara pengekspor untuk mencari pasar baru. Kondisi ini membuka peluang produk impor membanjiri pasar bebas seperti Indonesia.
Di dalam negeri, Johanes mengingatkan sejumlah tantangan yang secara jangka pendek bisa menganggu iklim usaha dan persepsi investor. Meski begitu, Johanes berharap fokus pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur serta industrialisasi-hilirisasi bisa membawa katalis positif.
"Peluangnya antara lain datang dari keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur dan pembangunan properti, serta pemulihan permintaan dari sektor manufaktur swasta. Tantangannya adalah meningkatnya tekanan dari produk impor non-standar dan fluktuasi harga bahan baku global, terutama HRC (Hot Rolled Coil), yang masih sangat volatile," terang Johanes.
Johanes membeberkan empat fokus ISSP untuk mendongkrak pendapatan dan menjaga profitabilitas pada semester II-2025. Pertama, peningkatan efisiensi operasional, termasuk penguatan tata kelola stok dan utilisasi mesin di seluruh unit produksi.
"Kami tetap fokus pada penguatan margin, bukan hanya volume, dan memastikan struktur biaya tetap efisien agar profitabilitas dapat terjaga bahkan di tengah ketidakpastian," ujar Johanes.
Kedua, penguatan penetrasi pasar domestik, khususnya ke sektor swasta dan proyek-proyek properti yang mulai bangkit. ISSP juga melirik peluang dari Program 3 Juta Rumah yang diusung oleh pemerintah. "Karena rumah juga memerlukan produk kami," kata Johanes.
Ketiga, pengembangan pasar ekspor secara selektif, dengan tetap mempertimbangkan risiko kebijakan tarif dan nilai tukar. Keempat, digitalisasi proses bisnis dan peluncuran inisiatif-inisiatif baru dalam bidang Customer Relationship Management (CRM) dan intelijen pasar untuk memperkuat relasi dengan pelanggan.
Di tengah kondisi industri, ekonomi dan geo-politik, Johanes mengatakan beberapa penyesuaian kemungkinan akan dilakukan pada komposisi produk dan alokasi pasar. Namun secara agregat, Johanes menegaskan ISSP belum melakukan revisi terhadap proyeksi awal tahun.
"Pada awal tahun, Spindo menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sekitar 10%–12% dibandingkan 2024. Setelah melalui semester pertama dengan hasil yang cukup baik dan mempertimbangkan outlook hingga akhir tahun, kami masih optimis target tersebut dapat dicapai, namun tetap dengan sikap hati-hati.," terang Johanes.
Baca Juga: ISSP Alokasikan Capex Rp 500 Miliar pada 2025, Ini Fokus Penggunaannya
Dari sisi ekspansi, ISSP menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 700 miliar. Hampir seluruh capex akan dialokasikan untuk pembangunan Unit 7. Hingga semester pertama, ISSP sudah merealisasikan sekitar 40% dari anggaran capex tahun ini.
Sebagai informasi, ISSP telah mengoperasikan Gudang Unit 7 di Gresik sebagai North Distribution Centre pada Agustus 2024. Pengembangan Unit 7 masih terus berjalan, yang ditargetkan akan selesai secara bertahap pada kuartal IV-2025 hingga tahun 2026.
Selanjutnya: Anda Layak Bahagia, Ini Cara Self Reward ala Sandwich Generation
Menarik Dibaca: Anda Layak Bahagia, Ini Cara Self Reward ala Sandwich Generation
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News