kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Situs belanja mikir-mikir melantai di bursa


Kamis, 17 November 2016 / 12:29 WIB
Situs belanja mikir-mikir melantai di bursa


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Prospek bisnis daring alias e-commerce di Indonesia semakin terang benderang. Ini setelah pemerintah lewat Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV mengeluarkan peta jalan transaksi perdagangan secara elektronik atau e-commerce belum lama ini.

Dalam salah satu klasul tersebut tercantum sumber pendanaan bagi perusahaan di bidang tersebut lewat jalur menawarkan saham perdana di bursa atau initial public offering (IPO). Nah, Bursa Efek Indonesia (BEI) rupanya membuka pintu lebar-lebar  bagi para pebisnis tersebut agar melantai di bursa, meski masih belum untung.

Bagi PT Bhinneka Mentari Dimensi, pengelola situs belanja Bhinneka.com, pihaknya memang memiliki agenda bisa melantai di bursa, meski tidak untuk jangka pendek. "Soal IPO masih jauh, rencana kami adalah tahun 2020 nanti," kata Hendrik Tio, Chief Executive Officer Bhinneka Mentari Dimensi kepada KONTAN, Rabu (16/11).

Masuk di bursa saham memang perlu perhitungan tersendiri. Misalnya, ketika dibuka untuk publik maka akan ada plus minus terhadap perusahaan. Nilai plusnya, tentu langsung mendapat injeksi modal yang lebih baik. "Jeleknya, ya dapur harus dibuka semua," timpalnya.

Berdasarkan catatan KONTAN, sebelum melakukan IPO, perusahaan ini ingin menaikan valuasi perusahaan menjadi lima kali lipat pada tahun 2018. Tak heran bila Bhinneka juga tengah mencari investor untuk sumber pendanaan.

Selain Bhinneka.com, pemain lain seperti Mbiz.co.id juga bertindak hati-hati. Manajemen perusahaan ini memang menyebut, IPO bisa menjadi salah satu alternatif sumber pendanaan. Namun langkah ini masih tergolong dini mengingat salah satu lini bisnis Grup Lippo ini baru berumur satu tahun. "Semua kemungkinan memang akan kami pertimbangkan," kata Ryn Hermawan, Co Founder Mbiz.co.id, Rabu (16/11).

Menurutnya sebelum perusahaan menawarkan saham perdana ke bursa pasti sudah ada beberapa pertimbangan. Misalnya soal valuasi saham dan animo publik terhadap bisnis yang tengah digeluti perusahaan ini. Selain itu, pihaknya juga harus siap transparan terhadap publik dan yang tidak mengenakan adalah juga harus siap dilihat oleh para pesaing.

Daniel Tumiwa, Chief Executive Officer OLX Indonesia juga, bilang, untuk bisa ikut menawarkan saham perdana ke publik bagi perusahaan tidak mudah. Sebuah perusahaan, termasuk pebisnis online harus bisa mencapai jenjang tertentu, seperti valuasi dan nilai pasar dari bisnis yang digeluti.

Kondisi ini harus menjadi perhatian perusahaan online supaya konsumen bisa membeli saham perusahaan situs belanja secara realistis. "Kalau startup-nya masih kecil ya biasanya pakai bantuan dana dari angle investor," terang Daniel, mantan Ketua Umum Indonesia e-Commerce Association (IDEA).

Bantuan dana dari angel investor biasanya digunakan untuk mengajak perusahaan rintisan yang masih kecil. Bahkan juga bagi perusahaan yang belum profit.

Nah, yang mendapat investor biasanya adalah situs belanja yang punya prospek bisnis bagus. "Jadi angle investor maupun IPO punya model pembiayaan dan peruntukan yang berbeda," terangnya.

BEI  berharap, usaha rintisan bisa melantai di bursa. Soalnya, potensi bisnis usaha ini  potensial.

Meski sudah memberi lampu hijau, otoritas bursa rupanya juga tidak ingin sembarang membuka pintu. Ada sejumlah syarat yang mesti dipenuhi sebelum IPO. Misalnya perusahaan tesebut secara hukum administrasi sudah bersih dan memiliki target bisnis yang jelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×