Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama INPEX mensosialisasikan program memaksimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan pengembangan kapasitas nasional untuk vendor dan tenaga kerja terkait Proyek Strategis Nasional LNG Abadi Masela.
SKK Migas dan INPEX menyasar pelaku industri penunjang hulu migas. "Program ini siap dimulai tahun depan, untuk itu Pemerintah bersama SKK Migas terus mendorong peningkatan kapasitas, kemampuan vendor dan tenaga kerja Indonesia sesuai standar yang diperlukan proyek LNG Abadi," ungkap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Kamis (19/12).
Baca Juga: SKK Migas kunjungi fasilitas terminal LNG INPEX di Jepang
Dwi melanjutkan, proyek ini adalah kesempatan emas bagi Indonesa untuk membangun kapasitas nasional dan kemampuannya di laut dalam. Langkah ini dirasa tepat menurut Dwi, sebab dimasa mendatang potensi cadangan migas akan bergeser ke laut dalam.
Selain itu, proyek ini diharapkan dapat mendorong multiplier effect di tingkat nasional maupun daerah, mulai dari fase konstruksi proyek LNG Abadi sekitar 2-3 tahun lagi. Ini merupakan efek berganda nyata yang disebut akan segera terwujud.
Dalam sosialisasi ini, tambahnya, detil dari program peningkatan kapasitas nasional disampaikan kepada asosiasi industri penunjang hulu migas dan perbankan, diantaranya identifikasi dan assessment kemampuan perusahaan dan pabrikan, analisa gap antara kemampuan & kapasitas pabrikan dengan spesifikasi & volume proyek LNG Abadi.
Dwi menambahkan, koordinasi bersama pabrikan amat potensial dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi agar bisa memenuhi standar proyek LNG Abadi, serta bantuan akses modal perbankan.
Baca Juga: Pengusaha lokal minta diprioritaskan dalam dual FEED dan EPC di blok Masela
Penguatan kemampuan perusahaan daerah dan masyarakat lokal menjadi salah satu program yang sudah disiapkan oleh INPEX bersama SKK Migas. Kedua pihak berharap, proyek LNG Abadi dapat memberikan dampak ekonomi dan kesejahteraan di wilayah kerja Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Provinsi Maluku.
Upaya yang dilakukan antara lain dengan program memfasilitasi kerjasama antara kontraktor nasional dan vendor daerah, bantuan kepada pemda dalam menyiapkan tenaga kerja setempat sesuai kualifikasi proyek LNG Abadi dan juga dalam mengembangkan vendor setempat, urainya.
“Program-program tersebut akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait seperti para vendor dari industri penunjang hulu migas, BUMN, lembaga perbankan dan pembiayaan lainnya, pemda, dan calon tenaga kerja, sehingga saya optimis 2-3 tahun lagi kapasitas nasional dari vendor maupun tenaga kerja Indonesia akan mampu memenuhi standar kebutuhan proyek LNG Abadi serta target TKDN di proyek Masela dapat tercapai," ujar Dwi.
Adapun, berdasarkan perhitungan SKK Migas yang juga telah disepakati dalam dokumen Plan of Development (POD), pemanfaatan TKDN proyek LNG Abadi akan mencapai 26,62 %.
Maka dengan nilai proyek pembangunan sekitar US$ 19,8 miliar, akan ada potensi sebesar US$ 5,27 miliar atau setara dengan sekitar Rp 73 triliun belanja barang/jasa di dalam negeri.
Baca Juga: SKK Migas: Kepulauan Tanimbar jadi lokasi pembangunan Kilang LNG Masela
Dwi menyebutkan, ini merupakan jumlah yang sangat besar, dan salah satu wujud nyata kontribusi hulu migas dalam membangun perekonomian Indonesia.
Asal tahu saja, TKDN dapat berupa kebutuhan berbagai barang dan jasa yang telah tersedia di dalam negeri dan mampu memenuhi kebutuhan fase konstruksi dan produksi proyek LNG Abadi yang akan terdiri kilang LNG darat, pipa bawah laut, fasilitas pengolahan gas lepas pantai serta fasillitas sumur pemboran bawah laut.
Dengan penyediaan TKDN oleh perusahaan Indonesia di tingkat nasional dan daerah, maka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia juga akan muncul, ungkapnya.
SKK Migas bahkan memproyeksikan manfaat mega proyek LNG Abadi lebih besar lagi. Berdasarkan hasil studi efek berganda proyek LNG Abadi oleh LPEM Universitas Indonesia dan Universitas Pattimura pada tahun 2018, diproyeksikan bahwa pada masa konstruksi hingga produksi proyek LNG Abadi (yang diasumsikan berlangsung pada tahun 2022-2055 atau selama 33 tahun), akan tumbuh delapan sektor industri yakni: (1) Perminyakan & pertambangan, (2) konstruksi, (3) manufaktur, (4) perhotelan & restoran, (5) kelistrikan & gas hilir, (6) pertanian & perikanan, (7) perbankan & perumahan, (8) transportasi & komunikasi.
Diindikasikan juga bahwa tenaga dan waktu kerja yang timbul dengan tumbuhnya berbagai industri tersebut dalam kurun waktu 33 tahun adalah 73.195 orang-tahun (cat: bukan 73.195 orang per tahun), atau setara dengan sekitar 152 juta orang-jam (152 million man-hours).
Dari sisi manfaat secara ekonomi, Produk Domestik Bruto secara nasional diproyeksikan naik sebesar US$153 milyar dan pendapatan rumah tangga nasional juga naik sekitar US$33,5 milyar dalam kurun waktu 33 tahun tersebut.
Baca Juga: Resmi Menjabat Menteri ESDM, Ini Sederet Catatan Bagi Arifin Tasrif
Sementara itu, Presiden Direktur Indonesia INPEX Masela Ltd. Akihiro Watanabe mengatakan bahwa INPEX mendukung program pemanfaatan TKDN, penggunaan vendor & penyerapan tenaga kerja Indonesia untuk pengembangan proyek LNG Abadi.
“Proyek LNG Abadi ini sangat penting baik bagi kami maupun bagi Indonesia, sehingga langkah sinergi bersama ini kami dukung sepenuhnya,” ungkapnya.
Di waktu yang sama Tunggal selaku Deputi Pengendalian Pengadaan SKK Migas menambahkan “dengan masih banyaknya proyek-proyek kedepan, industri hulu migas masih menjadi primadona investasi di Indonesia dan kehadiran industri ini harus tetap berkomitmen menjalin kemitraan bersama masyarakat sekitar dalam membangun ekonomi lokal yang kuat dan berkelanjutan serta memberikan multiplier effect bagi industri nasional penunjang hulu migas dan perekonomian nasional”.
Selanjutnya SKK Migas dan INPEX merencanakan melanjutkan sosialisasi ini di Maluku sebagai Lokasi dari LNG Abadi pada Q1 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News