kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

SKK Migas: Keekonomian Proyek Blok Corridor Tak Tercapai Jika Gunakan Gross Split


Selasa, 03 Oktober 2023 / 13:59 WIB
SKK Migas: Keekonomian Proyek Blok Corridor Tak Tercapai Jika Gunakan Gross Split
ILUSTRASI. Pekerja melintas di depan logo Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), di kantor SKK Migas, Jakarta Selatan, Selasa (20/8/2013). TRIBUNNEWS/HERUDIN


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menjelaskan skema gross split belum cukup mendukung keekonomian Blok Corridor saat ini. Maka itu, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menunggu restu perubahan skema menjadi cost recovery dari pemerintah. 

Sebagai informasi, skema gross split ialah skema perhitungan bagi hasil pengembangan wilayah kerja migas antara pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)  diperhitungkan di muka. Pemerintah tidak ikut campur terhadap proses pengadaan barang dan jasa kegiatan usaha hulu migas.

Sedangkan, skema cost recovery ialah kontrak bagi hasil penggantian biaya operasi bagi wilayah kerja oleh negara. Jadi biaya operasi dikeluarkan lebih dahulu oleh kontraktor untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan produksi migas.

Direktur Eksplorasi SKK Migas, Benny Lubiantara menjelaskan, keinginan Medco untuk mengkonversi skema gross split ke cost recovery karena faktor keekonomian. Pasalnya, masih banyak potensi eksplorasi migas baru di sana. 

Baca Juga: Harga Pertamax Naik, Pertamina Berharap Tak Ada Migrasi Pengguna ke BBM Subsidi

“Yang jelas Blok Corridor tidak terlalu ekonomis kalau dengan gross split, banyak proyek tidak bisa jalan kalau pakai skema yang lama. Makanya mereka meminta konversi ke cost recovery,” ujar Benny ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (2/10). 

Jika nantinya Medco telah mendapatkan restu mengubah skema pengembangan Blok Corridor menjadi cost recovery, SKK Migas meminta agar proyek yang sudah dikembangkan  bisa dipercepat. Selain itu, melakukan eksplorasi tambahan untuk mendorong produksi migas di sana. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan, sudah sejak lama Blok Corridor meminta perubahan skema dari gross split ke cost recovery. Permintaan tersebut sejatinya telah diutarakan oleh operator sebelumnya yakni ConocoPhillips. 

“Dulu sudah minta (ConocoPhillips) jadi sekarang (Medco) meneruskan. Ketika ConocoPhillips  mengajukan (Pemerintah) belum sempat proses tetapi dia sudah keluar duluan,” ujarnya saat ditemui di lokasi dan hari yang sama. 

Tutuka membeberkan alasan utama Blok Corridor meminta perubahan skema pengembangan migas karena melihat risiko lapangan yang semakin tinggi. Melihat kondisi tersebut, KKKS menginginkan pembagian risiko dengan pemerintah. 

Secara umum, pemerintah akan memfasilitasi perubahan skema dari gross split ke cost recovery dengan catatan KKKS belum mengeluarkan biaya untuk pengembangan migas di sana. Dengan begini proses bisa lebih mudah dilakukan, khususnya untuk membagi mana bagian yang dapat di-cover oleh pemerintah. 

Baca Juga: Pengamat: Kebijakan Harga Gas Perlu Perhatikan Semua Pihak

“Nah kalau Blok Corridor ini memang belum spent (biaya), jadi memungkinkan untuk pindah. Semestinya tidak sulit,” jelasnya. 

Tutuka menegaskan, jika nantinya Blok Corridor sudah mengubah skema ke cost recovery, pemerintah akan meminta Medco membuat program-program khusus untuk menambah produksi migas di sana. 

Melansir laporan tahunan MEDC 2022, di tahun lalu produksi Blok Corridor berkontribusi sebesar 70,2 MBOEPD kepada Medco Energi dan efisiensi operasi langsung mencapai 99,6%. 

Production Sharing Contract Agreement (PSC) Corridor memiliki satu lapangan minyak yang berproduksi dan tujuh lapangan gas yang berproduksi, semuanya terletak di daratan Sumatra Selatan, Indonesia, berdekatan dengan operasi MedcoEnergi di Sumatra Selatan.

Perjanjian PSC ini akan berakhir pada Desember 2023 dan telah mendapat persetujuan perpanjangan untuk 20 tahun ke depan. 

Blok Corridor merupakan produsen gas terbesar kedua di Indonesia, dengan gas yang dijual melalui kontrak jangka panjang kepada mitra yang andal di Indonesia dan Singapura. Corridor saat ini fokus pada pengembangan lapangan lebih lanjut untuk mengoptimalkan nilai blok. 

Melalui Transasia Pipeline Company, MedcoEnergi juga memiliki saham minoritas di jaringan pipa gas yang memasok pelanggan di Sumatra Tengah, Batam dan Singapura. Corridor memiliki akses ke reservoir yang cocok untuk penyimpanan karbon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×