Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan akan memberi restu pengajuan perubahan skema pengembangan Blok Corridor yang dioperasikan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dari gross split ke cost recovery.
Sebagai informasi, skema gross split ialah skema perhitungan bagi hasil pengembangan wilayah kerja migas antara pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) diperhitungkan di muka. Pemerintah tidak ikut campur terhadap proses pengadaan barang dan jasa kegiatan usaha hulu migas.
Skema cost recovery ialah kontrak bagi hasil penggantian biaya operasi bagi wilayah kerja oleh negara. Jadi biaya operasi dikeluarkan lebih dahulu oleh kontraktor untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan produksi migas.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan, sudah sejak lama Blok Corridor meminta perubahan skema dari gross split ke cost recovery. Permintaan tersebut sejatinya telah diutarakan oleh operator sebelumnya yakni ConocoPhillips.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Pertamina Mampu Kelola Blok Rokan Tanpa Mitra
“Dulu sudah minta (ConocoPhillips) jadi sekarang (Medco) meneruskan. Ketika ConocoPhillips mengajukan (Pemerintah) belum sempat proses tetapi dia sudah keluar duluan,” ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (2/10).
Tutuka membeberkan alasan utama Blok Corridor meminta perubahan skema pengembangan migas karena melihat risiko lapangan yang semakin tinggi. Melihat kondisi tersebut, KKKS menginginkan pembagian risiko dengan pemerintah.
Secara umum, pemerintah akan memfasilitasi perubahan skema dari gross split ke cost recovery dengan catatan KKKS belum mengeluarkan biaya untuk pengembangan migas di sana. Dengan begini proses bisa lebih mudah dilakukan, khususnya untuk membagi mana bagian yang dapat dikaver oleh pemerintah.
“Nah kalau Blok Corridor ini memang belum spent (biaya), jadi memungkinkan untuk pindah. Semestinya tidak sulit,” jelasnya.
Tutuka menegaskan, jika nantinya Blok Corridor sudah mengubah skema ke Cost Recovery, Pemerintah akan meminta Medco membuat program-program khusus untuk menambah produksi migas di sana.
Melansir laporan tahunan MEDC 2022, di tahun lalu produksi Blok Corridor berkontribusi sebesar 70,2 MBOEPD kepada Medco Energi dan efisiensi operasi langsung mencapai 99,6%.
Baca Juga: Pembahasan JETP Bergulir, Pemerintah Usulkan Pendanaan untuk Smart Grid
Production Sharing Contract Agreement (PSC) Corridor memiliki satu lapangan minyak yang berproduksi dan tujuh lapangan gas yang berproduksi, semuanya terletak di daratan Sumatra Selatan, Indonesia, berdekatan dengan operasi MedcoEnergi di Sumatra Selatan. Perjanjian PSC ini akan berakhir pada Desember 2023 dan telah mendapat persetujuan perpanjangan untuk 20 tahun ke depan.
Blok Corridor merupakan produsen gas terbesar kedua di Indonesia, dengan gas yang dijual melalui kontrak jangka panjang kepada mitra yang andal di Indonesia dan Singapura. Corridor saat ini fokus pada pengembangan lapangan lebih lanjut untuk mengoptimalkan nilai blok.
Melalui Transasia Pipeline Company, MedcoEnergi juga memiliki saham minoritas di jaringan pipa gas yang memasok pelanggan di Sumatra Tengah, Batam dan Singapura. Corridor memiliki akses ke reservoir yang cocok untuk penyimpanan karbon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News