Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan nasib Blok Tuna kini bergantung pada komitmen Premier Oil Tuna BV selaku operator blok tersebut.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih mengungkapkan pihaknya masih menanti kepastian dari Premier Oil khususnya terkait rencana pemboran di tahun ini.
Baca Juga: Realisasi serapan kuota BBM subsidi untuk KAI hanya 20,94% di kuartal II 2020
"Mereka sudah mempunyai usulan kegiatan pemboran 2 sumur di tahun 2020, tetapi Premier menyampaikan akan mencari partner sebelum dibor," ungkap Susana kepada Kontan.co.id, Selasa (11/8). Ia memastikan kelanjutan blok Tuna bergantung pada keseriusan Premier Oil untuk menuntaskan komitmen.
Susana menjelaskan, waktu eksplorasi untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) diberikan selama 6 tahun. Perpanjangan masa eksplorasi dimungkinkan diberikan dengan maksimal waktu 3 tahun. Adapun, Wilayah Kerja (WK) Tuna telah memperoleh masa perpanjangan dua kali sejak pertama kali ditandatangani pada 21 Maret 2007.
"Pemerintah pernah memberikan 2 kali masa perpanjangan waktu Eksplorasi dan saat ini adalah 1 tahun terakhir dari perpanjangan yang kedua," terang Susana.
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman membenarkan kabar seputar rencana perusahaan luar negeri untuk masuk menjadi mitra Premier Oil di Blok Tuna. "Sejauh ini informasi (resmi) dari Premier Oil belum ada, kami masih menunggu. Cuma memang rencana (mitra baru masuk) memang ada," ungkap Fatar dalam diskusi virtual, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Kabar baik, pemerintah perpanjang program listrik gratis
Sebelumnya, perusahaan migas asal Rusia dikabarkan bakal masuk menjadi mitra Premier Oil menyusul kabar hengkangnya salah satu mitra di blok tersebut. Kendati demikian, Fatar belum merinci seputar hak partisipasi yang akan diakuisisi oleh mitra baru asal Rusia.
Asal tahu saja, Blok Tuna dioperatori oleh Premier Oil Tuna BV dengan hak partisipasi sebesar 65%.
Fatar menuturkan, pandemi Covid-19 turut berimbas pada rencana pengeboran oleh Premier Oil, padahal pengeboran dibutuhkan demi memastikan rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) Blok Tuna. Tak hanya itu, hal ini juga dinilai bakal berdampak pada kepastian mitra di blok tersebut.
Sebelumnya, pada 2014 Premier Oil menemukan potensi cadangan sebesar 100 juta barel setara minyak (MMBOE). Bahkan Premiel Oil menyebutkan saat ini potensi Blok Tuna bisa mencapai 100 juta kaki kubik hingga 150 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd).
Baca Juga: Apexindo Pratama Duta (APEX) khawatirkan rendahnya harga migas
Selain itu, pada 2017 silam Premier Oil dan Petrovietnam telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MOU) untuk penjualan gas dari blok Tuna di Laut Natuna Utara ke Vietnam. Penandatanganan MOU ini dilakukan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) 2017 di Da Nang, Vietnam.
Pemerintah pun telah memberikan jaminan untuk kepastian investasi di perairan Natuna terlebih lokasi Blok Tuna yang berbatasan langsung dengan Vietnam.
Deputi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan ada permintaan perusahaan migas yang beroperasi di Perairan Natuna agar pemerintah menjamin kegiatan investasi.
Baca Juga: Harga minyak terus menanjak di tengah ekspektasi stimulus AS
"Mereka minta dan kami keluarkan surat keterangan itu di wilayah Indonesia. Dalam waktu satu sampai dua bulan kami keluarkan surat itu," jelas Purbaya dalam diskusi virtual, Juni lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News