Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
Fatar menuturkan, pandemi Covid-19 turut berimbas pada rencana pengeboran oleh Premier Oil, padahal pengeboran dibutuhkan demi memastikan rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) Blok Tuna. Tak hanya itu, hal ini juga dinilai bakal berdampak pada kepastian mitra di blok tersebut.
Sebelumnya, pada 2014 Premier Oil menemukan potensi cadangan sebesar 100 juta barel setara minyak (MMBOE). Bahkan Premiel Oil menyebutkan saat ini potensi Blok Tuna bisa mencapai 100 juta kaki kubik hingga 150 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd).
Baca Juga: Apexindo Pratama Duta (APEX) khawatirkan rendahnya harga migas
Selain itu, pada 2017 silam Premier Oil dan Petrovietnam telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MOU) untuk penjualan gas dari blok Tuna di Laut Natuna Utara ke Vietnam. Penandatanganan MOU ini dilakukan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) 2017 di Da Nang, Vietnam.
Pemerintah pun telah memberikan jaminan untuk kepastian investasi di perairan Natuna terlebih lokasi Blok Tuna yang berbatasan langsung dengan Vietnam.
Deputi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan ada permintaan perusahaan migas yang beroperasi di Perairan Natuna agar pemerintah menjamin kegiatan investasi.
Baca Juga: Harga minyak terus menanjak di tengah ekspektasi stimulus AS
"Mereka minta dan kami keluarkan surat keterangan itu di wilayah Indonesia. Dalam waktu satu sampai dua bulan kami keluarkan surat itu," jelas Purbaya dalam diskusi virtual, Juni lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News