kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.731   21,00   0,13%
  • IDX 8.389   22,05   0,26%
  • KOMPAS100 1.163   3,35   0,29%
  • LQ45 847   4,23   0,50%
  • ISSI 292   0,76   0,26%
  • IDX30 446   3,97   0,90%
  • IDXHIDIV20 513   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,41   0,31%
  • IDXV30 138   0,55   0,40%
  • IDXQ30 141   0,94   0,67%

SKK Migas Minta Pertamina Ambil Bagian di Proyek Gas Blok Tuna


Rabu, 12 November 2025 / 14:41 WIB
SKK Migas Minta Pertamina Ambil Bagian di Proyek Gas Blok Tuna
ILUSTRASI. Lapangan migas di Natuna Besar. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong PT Pertamina (Persero) untuk ikut menggarap pengembangan Blok Tuna di lepas pantai Natuna Utara bersama BUMN Rusia, Zarubezhneft.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong PT Pertamina (Persero) untuk ikut menggarap pengembangan Blok Tuna di lepas pantai Natuna Utara bersama BUMN Rusia, Zarubezhneft.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, pihaknya berharap perusahaan pelat merah tersebut dapat berkontribusi dalam proyek lapangan gas yang berada di perbatasan Indonesia dan Vietnam itu.

"Kita berharap ada Pertamina di situ, ada perusahaan nasional. Ya berharap gitu kan, perusahaan dalam negeri kan BUMN siapa lagi selain Pertamina, juga swasta nasional lainnya," ujar Djoko di Kompleks Parlemen DPR RI, Selasa (11/11/2025).

Baca Juga: Rusia Kena Sanksi Eropa, Bagaimana Nasib Blok Tuna di Tangan Zarubezhneft?

Djoko menambahkan, keputusan terkait pengganti resmi mitra Zarubezhneft di Blok Tuna diharapkan dapat keluar pada November 2025. Sebelumnya, perusahaan Rusia itu bermitra dengan Premier Oil Tuna B.V, anak usaha Harbour Energy Group, dengan hak partisipasi sebesar 50%.

"Sudah [open data] saya minta November ini selesai, selesai keputusan Harbournya setelah itu siapa [ambil alih]. Biar enggak molor-molor, insyaallah Pertamina dan partner lain kan bisa juga," ujarnya.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft (ZAL) bakal melanjutkan proyek yang sebelumnya sempat terkendala sanksi geopolitik.S\\

Awalnya, Blok Tuna digarap oleh Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy, yang bermitra dengan Zarubezhneft Asia Ltd (ZAL). Namun, situasi berubah setelah adanya sanksi dari Amerika Serikat yang menyulitkan Harbour melanjutkan kemitraan dengan perusahaan Rusia tersebut.

Baca Juga: Harbour Energy Hengkang, Blok Tuna Dilanjutkan Zarubezhneft

Terpisah, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menjelaskan, Harbour Energy memilih mundur lantaran pertimbangan risiko global.

“Ya, jadi untuk yang POD 1 Tuna ini kan memang ada posisi dari KKKS Harbor sebelumnya bahwa dia enggak bisa lanjut kalau ada sanksi Amerika Serikat gitu ya di mitra sebelahnya. Dalam konteks tersebut Harbor keliatannya juga punya selera investasi lainnya di Laut Utara dan kelihatannya ZAL ini yang akan melanjutkan,” ujar Rikky.

Dengan keluarnya Harbour, kini ZAL ditugaskan untuk mengambil alih kelanjutan proyek.

"Jadi hari ini bagi kepentingan Indonesia kita ingin on stream sesuai target. Jadi dalam konteks ini kita menugaskan operator hari ini untuk melanjutkan kegiatan Front End Engineering Design (FEED) untuk lanjut. Nah jadi Harbor selaku operator bersedia untuk menyerahkan data-datanya kepada next operator berikutnya," jelasnya.

Meski ZAL sebelumnya berperan sebagai non-operator, SKK Migas memastikan transisi akan dilakukan secara cepat.

“Jadi kita dengar Pak Kepala SKK Migas sampaikan ZAL perlu menggandeng investor-investor baru yang bisa operasi ya karena ZAL kan sebelumnya juga non operator gitu di sini,” tegas Rikky.

Baca Juga: Bos SKK Migas Tegaskan Zarubezhneft Tetap Lanjutkan Proyek Blok Tuna

Rikky menyebut, sudah ada beberapa pihak yang menyatakan minat untuk masuk ke Blok Tuna.“Beberapa calon investor sudah mengambil dokumen Migas Data Repository (MDR) dan menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA) dengan Harbour.

"Tapi untuk siapa nanti kita tunggu tanggal mainnya,” katanya.

Adapun, SKK Migas menargetkan proyek Tuna tetap bisa on stream sesuai jadwal awal, yakni pada 2028–2029.

“Kami enggak ingin ada kemunduran on stream. Jadi dari sisi divestasinya kita ingin segera diselesaikan antara partner-partner. Dalam posisi saat ini bagaimana proses divestasinya segera selesai di bulan ini,” tandasnya. 

Adapun Blok Tuna diperkirakan menyimpan potensi gas sebesar 100 hingga 150 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Untuk mengembangkan lapangan ini hingga tahap produksi penuh, nilai investasi diperkirakan mencapai US$3,07 miliar atau sekitar Rp45,4 triliun.

Rinciannya, investasi utama (di luar sunk cost) ditaksir mencapai US$1,05 miliar. Sementara itu, kebutuhan biaya operasional hingga batas keekonomian lapangan (economic limit) mencapai US$2,02 miliar. Di sisi lain, anggaran untuk penutupan dan pemulihan lokasi (abandonment and site restoration/ASR) ditaksir sebesar US$147,59 juta.

Untuk mendorong keekonomian proyek, pemerintah memberikan sejumlah insentif fiskal dengan asumsi masa produksi berlangsung hingga tahun 2035 atau sekitar 11 tahun ke depan. Dari proyek ini, pemerintah diproyeksikan memperoleh bagi hasil pendapatan kotor (gross revenue) sebesar US$1,24 miliar atau setara Rp18,4 triliun.

Selanjutnya: Promo 11.11 November 2025 di Yoshinoya, Gokana Ramen, CGV & Tomoro Coffee

Menarik Dibaca: Yuk Cicipi Ragam Makanan Dunia di SIAL Interfood 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×