kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.413   -9,00   -0,05%
  • IDX 7.515   50,54   0,68%
  • KOMPAS100 1.061   11,17   1,06%
  • LQ45 796   8,47   1,07%
  • ISSI 254   0,53   0,21%
  • IDX30 415   3,38   0,82%
  • IDXHIDIV20 474   3,64   0,77%
  • IDX80 120   1,18   1,00%
  • IDXV30 124   1,05   0,86%
  • IDXQ30 133   1,29   0,98%

SKK Migas: Pasokan Gas Tidak Kurang, Tapi Sudah Terikat Kontrak Jangka Panjang


Selasa, 05 Agustus 2025 / 15:32 WIB
SKK Migas: Pasokan Gas Tidak Kurang, Tapi Sudah Terikat Kontrak Jangka Panjang
ILUSTRASI. Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas, Rayendra Sidik.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memastikan secara volume, ketersediaan gas bukan menjadi masalah utama. Hal ini menyusul tekanan terhadap pasokan gas domestik seiring meningkatnya kebutuhan gas di dalam negeri.

Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas Rayendra Sidik menjelaskan, sebagian besar volume gas Indonesia saat ini sudah terikat kontrak jangka panjang sejak beberapa tahun lalu.

"Sebenarnya dari sisi volume mungkin tidak kurang tapi banyak volume-volume kita, volume gas ataupun LNG kita itu sudah terikat kontrak. Terikat kontrak itu juga sudah dilakukan mungkin 3 sampai 5 tahun yang lalu. Jadi pada saat itu kita tidak mempertimbangkan bahwa kebutuhan gas dan LNG ini akan setinggi ini," kata Rayendra dalam Webinar Menata Pasokan Gas untuk Penguatan Transisi Energi, Selasa (5/8/2025).

Merespons dinamika kebutuhan yang terus berkembang, SKK Migas pun melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengoptimalkan suplai gas bagi kebutuhan domestik. Salah satunya melalui penjadwalan ulang pengiriman dan renegosiasi kontrak dengan pembeli luar negeri.

Baca Juga: SKK Migas: Hampir 70% Volume LNG Disalurkan untuk Kebutuhan Domestik

Langkah lain yang ditempuh adalah skema gas swap, seperti yang telah diterapkan di wilayah Natuna. Pasalnya, keterbatasan infrastruktur pipa gas dari Natuna menuju Batam maupun kawasan domestik lainnya masih menjadi tantangan.

"Lalu ada juga kita melakukan berikutnya skema gas swap. Ini yang kita lakukan di area Natuna karena ketiadaan infrastruktur yang menyambungkan pipa gas dari Natuna ke Batam ke domestik itu belum siap, belum jadi. Jadi yang kami lakukan adalah swap gas di mana dalam hal ini negara pengimpornya adalah Singapura," ujar Rayendra.

SKK Migas menilai strategi ini menjadi solusi jangka pendek yang cukup efektif, sembari mendorong penyelesaian infrastruktur distribusi gas nasional.

Baca Juga: SKK Migas Targetkan 15 Proyek Migas Onstream Tahun 2025, 4 Sudah Jalan!

Ke depan, kata Rayendra, tantangan utama yang dihadapi adalah mismatch lokasi antara sumber gas baru dengan pusat konsumsi. Produksi gas dari lapangan-lapangan tua di Jawa dan Sumatera mengalami penurunan atau depletion. Sementara cadangan dan penemuan baru justru banyak berada di wilayah timur Indonesia.

"Nah sekarang isu berikutnya bagaimana saya bisa bawa gas yang ada di Timur Indonesia itu untuk memenuhi demand-demand yang ada di Jawa maupun Sumatera. Nah salah satu strateginya adalah dengan LNG," tutur Rayendra.

Saat ini, pengiriman LNG domestik sudah dilakukan ke beberapa wilayah, termasuk ke Teluk Jakarta untuk memenuhi kebutuhan PLN.

Baca Juga: DJP, ESDM & SKK Migas Teken Kerjasama Optimalkan Penerimaan Negara dari Tambang&Migas

Selanjutnya: 8 Warna Rambut Terbaik untuk Kulit Sawo Matang agar Wajah Tidak Terlihat Kusam

Menarik Dibaca: 8 Warna Rambut Terbaik untuk Kulit Sawo Matang agar Wajah Tidak Terlihat Kusam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×