kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SKK Migas rencanakan cost recovery tahun 2020 tidak lebih dari US$ 12 miliar


Kamis, 20 Juni 2019 / 19:32 WIB
SKK Migas rencanakan cost recovery tahun 2020 tidak lebih dari US$ 12 miliar


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Tugas Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) merencanakan cost recovery pada tahun 2020 berkisar antara US$ 11 miliar hingga US$ 12 miliar.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto yang ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) bilang rencana penetapan besaran cost recovery atau pengembalian biaya operasional hulu migas mengakomodir usulan lifting minyak tahun depan yang direncanakan lebih rendah dibanding tahun ini.

"Produksi di lapangan selama ini tidak ada penambahan, malah terus turun," ungkap Dwi, Kamis (20/6).

Adapun pada tahun 2020, lifting minyak diusulkan sebesar 734 ribu barel per hari atau turun dibandingkan target 2019 yang sebesar 775 ribu barel per hari. Sedangkan lifting gas mencapai 1.159 ribu barel equivalen minyak per hari alias lebih tinggi dibandingkan target 2019 sebesar 1.072 ribu barel equivalen minyak per hari.

Usulan peningkatan target lifting gas pada akhirnya membuat usulan lifting migas secara keseluruhan sebenarnya meningkat. "Penurunan minyak tak bisa dihindari, tapi secara total naik equivalen sebab lifting gas naik. Ini produk energi, ini produk nya yang harus naik terus, pada akhirnya cost equivalent yang harus diturunkan," jelas Dwi.

Selain itu, Dwi menambahkan langkah ini harus dilakukan demi efisiensi kinerja hulu migas. Sekedar informasi, usulan cost recovery tahun 2020 sejatinya tidak berbeda jauh dengan 2019 yang sebesar US$ 10,22 miliar. Dwi menilai penyusunan pagu anggaran 2019 dengan cost recovery sebesar US$ 10,22 miliar terlalu rendah.

Hal ini berdampak pada cost recovery yang perlu ditanggung oleh pemerintah. Dwi mengungkapkan realisasi cost recovery hingga Mei 2019 sebesar US$ 4,05 miliar.

Sebagai dampaknya, SKK Migas dan Kementerian ESDM memproyeksikan hingga akhir tahun pemerintah memiliki tanggungan sebesar US$ 11,46 miliar dolar atau lebih tinggi dari usulan sebesar US$ 10,22 miliar.

"Akhir tahun 2019 akan dijaga agar tak lebih dari US$ 11,46 miliar. Intinya gap nya tidak lebih dari 10% dari target APBN 2019," jelas Dwi. Ia menambahkan SKK Migas akan berupaya agar biaya yang ditanggung nantinya tak melebih usulan cost recovery yang sebesar US$ 11 miliar dengan terus mengupayakan efisiensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×