Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah mandeknya hilirisisasi komoditas bauksit akibat mangkraknya pembangunan smelter, Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengusulkan solusi untuk memperkuat sektor hiliriasi bauksit.
Usai bonanza dari komoditas nikel, pemerintah kini mulai memperluas fokus ke sektor tambang lain yang memiliki nilai strategis, seperti tembaga dan bauksit.
Kedua komoditas ini memainkan peran kunci dalam mendukung transisi energi global, termasuk kebutuhan pengembangan sistem penyimpanan energi baterai (BESS) dengan kapasitas total 32 GWh pada 2040, yang diperkirakan memerlukan investasi hingga Rp97,8 triliun.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Tak Setujui Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport
Namun, upaya hilirisasi bauksit di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Meskipun merupakan salah satu negara penghasil bauksit terbesar di dunia, kinerja ekspor industri pengolahan bauksit mengalami penurunan signifikan.
Pada 2023, volume ekspor industri pengolahan logam dasar bauksit tercatat hanya sebesar 396,1 ton, turun 41,6% dibanding tahun sebelumnya. Nilai ekspor pun anjlok hingga 55,6% menjadi hanya US$448,4 ribu.
Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengungkapkan, salah satu masalah utama dalam hilirisasi bauksit adalah banyaknya proyek smelter yang mangkrak. Dari 12 smelter bauksit yang direncanakan, hanya empat yang berhasil beroperasi.
"Menurut data Kementerian ESDM, kendala utama pembangunan smelter adalah sulitnya mendapatkan pendanaan, karena bank domestik kurang tertarik untuk membiayai proyek hilirisasi ini," kata Bhima dalam keterangan resmi, Selasa (14/1).
Baca Juga: Permintaan Diproyeksi Tinggi, Begini Prospek Bisnis Batubara pada 2025
Selain masalah internal, Bhima bilang pasar global menuntut standarisasi produk ramah lingkungan. Produk tembaga dan bauksit rendah karbon kini menjadi nilai tambah yang sangat dicari, terutama di pasar Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang yang membutuhkan bahan baku rendah karbon untuk sektor otomotif, konstruksi, serta energi terbarukan.
"Peluang dari produk low-metal carbon harus segera dimanfaatkan agar Indonesia dapat meningkatkan daya saing komoditasnya," ujar Bhima.
Bhima menuturkan, Celios mengusulkan berbagai langkah strategis yang perlu diambil pemerintah untuk mengoptimalkan hilirisasi bauksit:
Pertama, konsistensi kebijakan, artinya, pemerintah harus menjamin kebijakan hilirisasi bersifat konsisten dan berorientasi jangka panjang, menghindari perubahan mendadak yang dapat mengganggu investasi.
Kedua, insentif investasi dengan memberikan insentif fiskal terukur kepada investor yang mendukung pembangunan smelter dengan rencana transisi energi dan pengelolaan limbah yang baik.
Ketiga, sanksi tegas dengan menetapkan sanksi tegas bagi perusahaan yang tidak memenuhi tenggat waktu pembangunan smelter.
Baca Juga: Tantangan Satgas Hilirisasi, Keekonomian Hingga Kesiapan Industri
"Keempat, infrastruktur energi dengan membangun pembangkit energi terbarukan untuk mendukung operasi smelter yang sangat membutuhkan pasokan energi besar," ungkap Bhima.
Kelima, pengembangan SDM dengan meningkatkan pelatihan tenaga kerja lokal untuk menguasai teknologi pengolahan bauksit dan tembaga.
Keenam, kemitraan strategis dengan menggalakkan kerja sama antara perusahaan nasional dan investor asing guna membangun smelter dengan teknologi tinggi dan ramah lingkungan.
Ketujuh, standar lingkungan dengan mengadopsi standar lingkungan yang ketat untuk mendukung keberlanjutan operasi pengolahan mineral. Kedelapan, transparansi dan pengawasan dengan memastikan transparansi perizinan dan memperkuat pengawasan pembangunan smelter.
"Terakhri, pengembangan industri turunan dengan mendorong tumbuhnya industri berbasis produk hilir seperti aluminium untuk bahan konstruksi dan kabel dari tembaga serta rehabilitasi lingkungan dengan mewajibkan perusahaan tambang merehabilitasi lahan bekas tambang untuk mendukung keberlanjutan lingkungan," tandas Bhima.
Selanjutnya: OJK Cabut Sanksi Pembekuan Kegiatan Usaha Sarana Jambi Ventura
Menarik Dibaca: 5 Penyebab Kulit Semakin Berminyak, Tetap Pakai Moisturizer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News