kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Smelter merugikan, Bos Freeport: PT Smelting saja baru beri deviden setelah 20 tahun


Rabu, 14 Oktober 2020 / 19:08 WIB
Smelter merugikan, Bos Freeport: PT Smelting saja baru beri deviden setelah 20 tahun
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tonny Wenas kembali membeberkan tidak ekonomisnya proyek smelter tembaga. Hitungan Tony, ada kerugian sekitar US$ 300 juta per tahun yang harus ditanggung saat proyek smelter tembaga PTFI itu dibangun.

Dia membeberkan, pendapatan utama smelter datang  dari Treatment Charge and Refining Charge (TCRC). Dengan kapasitas smelter 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan menelan investasi sebesar US$ 3 miliar, nilai TCRC yang dibutuhkan agar ekonomis mesti di angka US$ 52 sen per pon.

Namun, nilai TCRC saat ini hanya di kisaran US$ 26 sen per pon tembaga, dan diproyeksikan stagnan dalam beberapa tahun ke depan.  Artinya, ada kerugian atau loss sebesar US$ 26 sen per pon tembaga. Dalam perhitungannya, selisih tersebut setara dengan kerugian US$ 300 juta per ton.

Baca Juga: Pasca Mengempit INCO, Mind Id Akan Mengembangkan Tambang Emas di Blok Wabu

"Penambang memberikan subsidi US$ 300 juta per tahun. Ini akan berdampak bagi pemegang saham, bagi pemerintah juga akan berdampak," kata Tony dalam webinar yang digelar Rabu (14/10).

Lebih lanjut, dia bilang bahwa produk katoda tembaga dari smelter PTFI juga terpaksa akan diekspor. Pasalnya, 50% produksi dari smelter tembaga yang ada sekarang, yakni PT Smelting sudah mampu memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. "Dengan begitu subsidi US$ 300 juta itu juga ikut diekspor," imbuh Tony.

Asal tahu saja, hingga September 2020, progres smelter tembaga PTFI baru mencapai 5,86%. Hingga Agustus 2020, proyek yang berlokasi di JIIPE Gresik, Jawa Timur itu sudah menyerap investasi sekitar US$ 303 juta.

Kini proyek smelter tersebut masih terhambat karena adanya pandemi virus corona atawa Covid-19. "Karena para pemasok utama kami, dari Finlandia, Kanada dan Jepang sangat terdampak (Covid-19)," ungkap Tony.




TERBARU

[X]
×