Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Pertamina (persero) akan menjalin kerjasama dengan perusahaan asal Iran. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan Iran merupakan mitra yang sangat menjanjikan karena memiliki surplus energi, mampu memajukan energi baru dan terbarukan, serta memiliki penguasaan teknologi yang baik.
"Jadi, terbuka kerjasama untuk kilang, bahkan mereka terbuka untuk masuk ke hulu," ujar Sudirman, Senin (19/10) kemarin.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Wiratmaja Puja menegaskan Pertamina akan bekerjasama dengan perusahaan nasional, National Iranian Oil Company (NIOC). Kerjasama tersebut terkait suplai jangka panjang untuk penyediaan crude oil dan elpiji.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga berharap Pertamina juga bekerjasama di sektor hulu. Selain bekerjasama di bidang migas, pemerintah juga berharap ada kerjasama dalam pembangunan pabrik pupuk di Iran.
Namun kerjasama tersebut baru bisa dilakukan jika sanksi embargo yang dikenakan pada Iran sudah dicabut dan dilakukan melalui kerjasama G to G (government to government). "Dia minta G to G karena payung hukumnya kuat. Kami menunggu embargo dicabut, Menlu yakin bulan depan dicabut," ujar Wiratmaja, Senin (19/10).
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam mengatakan Pertamina sebenarnya sudah cukup lama mengevaluasi untuk bisa masuk ke Iran dan melakukan eksplorasi blok di negara tersebut. Namun sayangnya, beberapa pemegang global bond Pertamina keberatan jika Pertamina masuk ke negara-negara tertentu yang tengah terkena sanksi internasional.
"Tapi kami akan tetap coba, proses jalan terus. Kan tahun depan Insyah Allah dicabut sanksinya, jadi saat sanksi dicabut kami sudah masuk," ujar Syamsu.
Menurut Syamsu, saat ini Pertamina memang belum tahu jumlah potensi cadangan migas yang ada di Iran. Namun dia yakin blok migas di Iran memiliki potensi cadangan yang cukup besar. Pertamina sendiri saat ini baru memiliki blok migas di tiga negara di luar negeri, yaitu Aljariah, Irak, dan Malaysia.
Dari seluruh blok di luar negeri, Pertamina mendapatkan 100.000 barel ekuivalen per hari hingga 110.000 barel ekuivalen per hari atau sekitar 20% dari seluruh produksi Pertamina. Saat ini, produksi Pertamina baik dari dalam negeri maupun luar negeri mencapai 570.000 barel ekuivalen per hari.
Sementara untuk produksi minyak saja, Syamsu menyebut kontribusi dari luar negeri baru mencapai 70.000 barel per hari (bph). Produksi minyak tersebut berasal dari Irak sebesar 40.000 bph, Aljariah sekitar 12.000 bph, dan sisanya sebesar 18.000 bph berasal dari Malaysia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News