kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Soal pangan, Indonesia masih rawan


Rabu, 30 September 2015 / 17:10 WIB
Soal pangan, Indonesia masih rawan


Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan Indonesia belum terbebas dari ancaman kerawanan pangan.

Hal tersebut dikhawatirkan terjadi akibat tingginya konsumsi beras dan rendahnya diversifikasi pangan.

Peneliti Pusat Penelitian ekonomi LIPI, Dr. Latif Adam menyebutkan dengan rata-rata pola pangan harapan (PPH) pada 2012 sebesar 88,2% dari target 88,9% membuat kinerja diversifikasi pangan indonesia jauh dari ideal.

"Di sisi lain, diversikasi pangan yang diamanatkan dalam Perpres Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal menekankan pada pemerintah daerah dan masyarakat untuk kembali kepada konsumsi makanan pokok yang sesuai karakteristik," kata Latif Adam pada seminar Forum Kajian Pembangunan Puslit Ekonomi LIPI di Gedung Widya Graha LIPI, Rabu (30/9).

Menurutnya, pola produksi yang berorientasi pada beras menyebabkan pola konsumsi masyarakat belum ideal, tren konsumsi umbi-umbian yang lambat, dan meningkatnya konsumsi makanan instan.

"Pola konsumsi yang tidak berimbang ini akan berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat seperti kekurangan gizi, obesitas, dan masalah gizi lainnya," kata Latif.

Pada kesempatan yang sama, Peneliti Puslit LIPI, Esta Lestari menjelaskan seharusnya pemerintah menekankan agar kebijakan diversifikasi pangan segera di realisasikan guna mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

"Kebijakan pemerintah yang sangat bergantung pada impor beras membuat produksi pangan lokal menjadi menurun dan mendekati pada pola pangan yang tidak sehat," kata Esta. (Valdy Arief)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×