Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman membantah pihaknya akan melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi sebuah perusahaan di Eropa. Emiten berkode SRIL ini hanya menjalankan strategis bisnis konservatif sepanjang tahun ini.
Iwan Setiawan Lukminto, Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk mengatakan, pihaknya sama sekali tak pernah membuat rencana bisnis yang akan melakukan akuisisi salah satu perusahaan di Eropa. “Jadi bukan karena batal dengan alasan tertentu. Memang kami tidak pernah memiliki rencana akuisisi itu,” kata Iwan saat dihubungi KONTAN, Jumat (11/9).
Iwan menyatakan, informasi yang beredar sebelumnya bahwa SRIL akan ekspansi ke Eropa adalah pernyataan yang salah. Perusahaan yang dikenal dengan nama Sritex ini juga tidak pernah menyiapkan dana US$ 30 juta untuk melakukan akuisisi. “Kami juga belum ada rencana akuisisi perusahaan dari kawasan negara lain maupun dalam negeri,” pungkas Iwan.
Keterangan Iwan diperkuat oleh Welly Salam, Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk. Menurutnya, terjadi kesalahan persepsi informasi.
“Yang sebetulnya, kami mendapat tawaran untuk membeli sebagian saham perusahaan tersebut. Tapi itu tidak terjadi. Jadi bukan kami yang proaktif mau membelinya,” kata Welly saat dihubungi KONTAN, Jumat (11/9).
Welly menegaskan, dalam kondisi ekonomi yang masih berat seperti ini, pihaknya memilih untuk mempertahankan capaian yang sudah ada daripada agresif melakukan pembelian perusahaan lain. “Jadi memang tidak ada akuisisi apapun tahun ini maupun tahun depan. Kami fokus mempertahankan capaian penjualan kami tahun ini,” pungkas Welly.
Kabar Sritex akan mengakuisisi perusahaan Eropa tersiar Juni lalu dari Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk Allan Moran Severino pada Juni lalu. Dia menyebut, ada beberapa perusahaan yang menawarkan hal tersebut seperti perusahaan dari Singapura, Hong Kong, dan Eropa.
Ketika itu, Allan mengatakan, Sritex lebih condong melakukan akuisisi pada perusahaan yang ada di Eropa. Perusahaan ini selain bergerak di ritel, juga di segmen seragam. Nilai akuisisinya sekitar US$ 30 juta.
Sementara perusahaan dari Hong Kong dan Singapura yang ditawarkan merupakan perusahaan yang murni bergerak dalam sektor ritel. Nilai kerja sama di Hong Kong mencapai lebih dari US$ 100 juta. Allan menjelaskan ada pemegang saham mayoritas di perusahaan itu, sekitar 25% yang menawarkan sahamnya kepada SRIL. Sementara dari Singapura nilainya tidak sebesar itu.
Mengacu laporan keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk pada Bursa Efek Indonesia (BEI) per Juni 2015, perusahaan meraup penjualan mencapai US$ 362,14 juta. Jumlah ini tumbuh 30,32% dibanding Semester I-2014 yang mencapai US$ 277,88 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News