kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Starlink Masuk ke Indonesia, Ini yang Dikhawatirkan APJII


Jumat, 05 April 2024 / 18:40 WIB
Starlink Masuk ke Indonesia, Ini yang Dikhawatirkan APJII
ILUSTRASI. APJII mengatakan pihaknya mengkhawatirkan beberapa hal usai Starlink masuk ke Indonesia


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan pihaknya mengkhawatirkan beberapa hal usai Starlink, anak usaha SpaceX perusahaan penjelajahan antariksa yang didirikan oleh Elon Musk resmi masuk ke Indonesia. 

Arif mengatakan teknologi yang digunakan oleh Starlink adalah penggunaan satelit Low Earth Orbit (LEO) yang dekat dari permukaan bumi (biasanya berada pada ketinggian 500 hingga 1.200 km dari permukaan bumi). Teknologi ini dalam industri internet biasanya meng-cover daerah-daerah yang belum bisa dijangkau fiber optik atau daerah 3T. 

“Yang menjadi concern adalah Starlink mungkin akan sedikit bersinggungan dengan anggota APJII yang berada di wilayah pinggiran yang bermain di area rural. Seperti daerah Timur Indonesia, Kalimantan, bukan di perkotaan,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Jumat (05/04). 

Baca Juga: Starlink Milik Elon Musk Tawarkan Internet Kecepatan Tinggi, Ini Biaya Langganannya

Untuk diketahui terkait tarif Starlink berdasarkan catatan Kontan, ketika mengetikkan sebuah alamat, langsung terpampang harga langganan Rp 750.000 per bulan. Paketnya mencakup kuota tanpa batas dengan fitur disebut sebagai internet berkecepatan tinggi dan latency rendah tanpa batas. Namun, belum ada informasi kecepatan download/upload Starlink Indonesia.

Selain harga langganan bulanan, pengguna juga membutuhkan perangkat keras Starlink Indonesia. Harganya Rp 7,8 juta. Anda juga harus menyediakan deposit Rp 750.000 serta biaya pengiriman dan pemasangan.

Arif berkomentar, jika sesuai dengan apa yang tercantum, untuk harga layanan cukup masuk akal. Namun dari sisi biaya perangkat keras menurutnya cukup tinggi. 

“Karena kalau di pinggiran (daerah 3T), harganya Starlink mungkin akan cukup masuk akal. Karena jangkauannya kan susah ya. Tapi, kalau harga perangkat dia cukup mahal,” tambahnya. 

Ia menambahkan, dari sisi teknologi pemakaian satelit dalam industri internet bukanlah hal baru. Di Indonesia sudah banyak provider yang menggunakan satelit untuk mendukung bisnis internet mereka, namun perbedaannya masih pada jarak satelit dengan permukaan bumi.

Baca Juga: Menkominfo Sebut Starlink Akan Uji Coba di IKN

“Kalau dibilang perbedaannya, pada jenis teknologinya ya. Karena mereka kan pakainya satelit LEO. Sama-sama satelit tapi beda teknologinya, kalau yang LEO ini jarak dengan bumi lebih pendek, jadi latensi atau kualitasnya bisa lebih cepat dibanding satelit yang konvensional atau Geostasioner Earth Orbit (GEO) yang jauh dari bumi,” jelasnya. 

Selain satelit, teknologi populer lainnya adalah penggunaan fiber optik. Namun ia mengakui bahwa mengingat geografi di Indonesia yang bermacam ragam, tidak semua wilayah dapat dijangkau oleh fiber optik. 

“Secara Geografis sebenarnya memang tidak bisa semua wilayah di Indonesia di cover fiber optik, pasti butuh juga teknologi lain untuk menutupi ruang-ruang yang ada termasuk si Starlink ini. Tapi kalau kita bicara yang pakai teknologi satelit, bukan cuma Starlink, udah banyak juga satelit yang beroperasi di Indonesia,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×