Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meski Badan Urusan Logistik (Bulog) menjamin ketersediaan besar sampai tujuh bulan ke depan, bukan berarti selama tujuh bulan stock beras di pasar melimpah. Sebab, mundurnya musim tanam dapat membuat stock yang diperkirakan aman tujuh bulan bakal habis lebih awal.
Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menghitung jika setiap rumah tangga menyimpan stock beras sekitar 10 kilogram (kg) sampai 20 kg. Artinya secara total nasional rumah tangga memiliki sekitar 1 juta ton sampai 1,5 juta ton. Ditambah beras cadangan yang dimiliki Bulog sebesar 1,9 juta ton.
Namun ia menghitung, stock selama tujuh bulan bisa saja menyusut lebih awal, mengingat musim tanam mundur selama dua bulan. Jika sebelumnya musim tanam harusnya dimulai pada Oktober. Namun baru akan dimulai Desember mendatang.
Itu pun kata Winarno kalau kondisi Desember curah hujannya terbilang normal. Kalau curah hujan tinggi dan berakibat banjir otomatis musim tanam mundur lagi hingga Januari. Kondisi ini akan berujung pada kenaikan harga beras setelah bulan Maret sampai April mendatang. Belum lagi, kemampuan Bulog yang mampu menyerap panen padi mendatang.
“Pemerintah harus menjaga semangat petani untuk menanam padi dengan menaikkan harga pokok penjualan (HPP) beras sebesar Rp 900 menjadi Rp 7.500,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News