kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok AC impor menipis, toko elektronik kelimpungan


Senin, 23 November 2020 / 20:33 WIB
Stok AC impor menipis, toko elektronik kelimpungan
ILUSTRASI. Impor pendingin udara (AC) dibatasi, stok AC impor di toko-toko elektronik menipis.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stok pendingin udara atau air conditioner (AC) di sejumlah toko ritel elektronik di Tangerang Selatan dan Jakarta menipis belakangan ini. Bahkan ada juga toko yang mengalami kekosongan persediaan karena pasokan AC menyusut signifikan akibat dibatasinya importasi AC oleh pemerintah.

Meskipun pemilik toko mengakui kondisi penjualan saat ini masih normal karena bisa menjual stok yang tersisa, prospek bisnis AC di tahun depan dibayangi kabut hitam.

Di Tangerang Selatan, pemilik Toko Niaga Jaya Electronic, Andi mengatakan, saat ini ada kekurangan stok AC khususnya produk-produk impor merek Daikin dan Sharp. Adapun stok yang tersisa akan habis di bulan ini. Padahal di tengah pandemi, penjualan AC di tokonya bisa tumbuh hingga 20% dibandingkan kondisi normal.

"Biasanya stok barang di toko bisa sampai 1.000 unit, tapi sekarang hanya 200-300 unit AC aja. Untuk merek seperti Daikin saat ini hanya tinggal 2 unit, itupun pesanan orang," ujarnya saat ditemui Kontan.co.id, Senin (23/11).

Baca Juga: Proses persetujuan impor berlarut-larut, importir AC kekurangan stok

Secara hukum ekonomi, ketika persediaan barang menipis di tengah permintaannya yang meningkat, tentu akan menjungkit harga jualnya. Andi mengakui saat ini harga jual AC meningkat hingga 10% dibandingkan harga normal.

Tahun depan jika kondisi ini terus seperti sekarang, Andi mengakui tokonya akan merugi. "Kalau umpamanya impor seperti ini terus, kalang kabut kita. Semua toko ritel bisa kolaps," kata Andi.

Jika importasi AC masih seret hingga tahun depan, Andi mengungkapkan, penjualan toko bisa merosot hingga lebih dari 10% karena kontribusi penjualan AC berkisar 20%-30% ke pendapatan tokonya. Andi mengakui tokonya tidak bisa serta merta menjual produk lokal karena semua tergantung dengan konsumen. Sedangkan saat ini kebanyakan konsumen masih suka produk impor.

Senada dengan Andi, pemilk Toko Jaya Suara Mas Elektronik, Endang Djunaidi mengatakan sudah hampir dua bulan lebih stok AC Daikin dan Sharp kosong.

Endang mengakui saat ini harga AC impor sudah kacau di pasaran, bahkan ada toko yang "nakal" menaikan harga AC Daikin hingga Rp 1 juta. Peritel berani menaikkan harga jual karena ada saja konsumen yang fanatik dengan merek tertentu sehingga rela membeli dengan harga tinggi.

"Jika penjualan produk lokal dibanding dengan produk impor, konsumen masih lebih cenderung beli impor. Di daerah Tangerang Selatan, Polytron tidak begitu laku karena konsumen memilih harga menengah ke atas," jelasnya.

Jika produk AC impor kosong, EndangĀ  akan mengarahkan konsumen membeli AC lokal dengan harga yang mendekati keinginan konsumen.

Baca Juga: Importir AC keluhkan pemrosesan permohonan persetujuan impor yang molor




TERBARU

[X]
×