Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Sejauh ini, GIMNI belum mendapat laporan adanya kenaikan permintaan minyak goreng dari produsen di tengah-tengah pandemi corona yang mewabah. Namun demikian, kalaupun terjadi lonjakan permintaan, GIMNI mengaku siap memenuhi kebutuhan yang ada dengan menggenjot volume produksi.
Maklum saja, saat ini tingkat keterpakaian alias utilisasi pabrik minyak goreng sawit Indonesia baru berkisar di level 45%-48%. Sementara, kapasitas produksi refinery Indonesia untuk menghasilkan minyak goreng sawit berisar 3,5 juta ton per bulan. Hal ini didukung oleh pasokan minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) yang hingga kini berjalan lancar.
“Justru kami harapkan ada lonjakan permintaan supaya utilisasi pabrik minyak goreng Indonesia bisa naik ke level di atas 60%,” ujar Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI, kepada Kontan.co.id (18/03).
Baca Juga: Catat! Inilah jenis bahan pokok yang pembeliannya dibatasi
Menyoal harga, GIMNI memperkirakan harga minyak goreng di level pengecer bisa mencapai Rp 13.750/liter termasuk PPN. Asumsi ini berdasar pada kenaikan harga CPO di periode awal tahun 2020, pemakaian minyak sawit yang semakin besar untuk pasar domestik, serta tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
“Mempertahan kan harga eceran di pasar tradisional di level Rp 11.000 per liter (termasuk PPN) akan sulit dijangkau oleh produsen, produsen minyak goreng mengusulkan harga eceran tertinggi dinaikkan ke level Rp 13.750/liter (termasuk PPN) di retail market,” kata Sahat (18/03).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News