kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stok aman, masyarakat tidak perlu khawatir kehabisan persediaan minyak goreng


Rabu, 18 Maret 2020 / 17:29 WIB
Stok aman, masyarakat tidak perlu khawatir kehabisan persediaan minyak goreng
ILUSTRASI. Minyak goreng Bimoli?di sebuah supermarket, Tangerang Selatan, Jumat (14/2).


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) optimis industri minyak goreng sawit dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan minyak goreng dalam negeri di tengah-tengah wabah virus corona (Covid-19). Dengan demikian, GIMNI menilai masyarakat tidak perlu merasa khawatir kehabisan persediaan minyak goreng.

Seperti diketahui, ketersediaan bahan pokok tengah menjadi perhatian pemerintah belakangan ini. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah bahkan sampai mengeluarkan B/1872/III/Res.2.1/2020/Bareskrim pada 16 Maret 2020 lalu.

Baca Juga: Stabilkan harga gula, Bulog gelar operasi pasar

Berdasarkan isi surat edaran tersebut, beberapa bahan pokok dibatasi pembeliannya dengan rincian; pembelian minyak goreng maksimal 4 liter, beras maksimal 10 kilogram (kg), gula maksimal 2 kg, dan mie instan maksimal 2 kardus. Sejalan dengan fokus perhatian pemerintah, langkah ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku pokok bagi masyarakat di tengah pandemi corona. 

Terlepas dari kekhawatiran yang berkembang, GIMNI memperkirakan stok persediaan minyak goreng dari sawit masih akan tersisa di akhir dan berada di level 625.000 ton. Berdasarkan proyeksi GIMNI, produksi minyak goreng sawit akan mencapai 3.475.000 ton di semester I dan 2.918.000 ton di semester II.

Sementara, serapan minyak goreng sawit baik untuk industri maupun konsumsi di pasar tradisional, modern, maupun Horeka (Hotel Restoran dan Kafe) diperkirakan akan mencapai 3.441.000 ton di semester I dan 2.931.000 ton di semester II. Proyeksi angka ini sudah memperhitungkan pola kenaikan serapan di hari besar keagamaan.

Dengan demikian, dengan menimbang adanya ketersediaan stok awal minyak goreng sawit sebanyak 604.000 ton di awal tahun, maka stok akhir minyak goreng sawit dari tahun diperkirakan sebesar 625.000 ton.

Baca Juga: Kesepakatan dengan pedagang, Satgas Pangan Polri batasi pembelian bahan pangan pokok

Sejauh ini, GIMNI belum mendapat laporan adanya kenaikan permintaan minyak goreng dari produsen di tengah-tengah pandemi corona yang mewabah. Namun demikian, kalaupun terjadi lonjakan permintaan, GIMNI mengaku siap memenuhi kebutuhan yang ada dengan menggenjot volume produksi.

Maklum saja, saat ini tingkat keterpakaian alias utilisasi pabrik minyak goreng sawit Indonesia baru berkisar di level 45%-48%. Sementara, kapasitas produksi refinery Indonesia untuk menghasilkan minyak goreng sawit  berisar 3,5 juta ton per bulan. Hal ini didukung oleh pasokan minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) yang hingga kini berjalan lancar.

“Justru kami harapkan ada lonjakan permintaan supaya utilisasi pabrik minyak goreng Indonesia bisa naik ke level di atas 60%,” ujar Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI,  kepada Kontan.co.id (18/03).

Baca Juga: Catat! Inilah jenis bahan pokok yang pembeliannya dibatasi

Menyoal harga, GIMNI memperkirakan harga minyak goreng di level pengecer bisa mencapai Rp 13.750/liter termasuk PPN. Asumsi ini berdasar pada kenaikan harga CPO di periode awal tahun 2020, pemakaian minyak sawit  yang semakin besar untuk pasar domestik, serta tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

“Mempertahan kan harga eceran di pasar tradisional di level Rp 11.000 per liter (termasuk PPN) akan sulit dijangkau oleh produsen, produsen minyak goreng mengusulkan harga eceran tertinggi dinaikkan ke level Rp 13.750/liter (termasuk PPN) di retail market,” kata Sahat (18/03).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×