Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Sayangnya, imbas dari penerapan PSBB terhadap kinerja SPTO masih berlanjut dan bahkan memuncak di dua bulan berikutnya. “April dan Mei estimasi kami pendapatan kami turun 40% dibanding tahun lalu,” ujar Adhi
Meski begitu, SPTO mengaku optimis kinerja perusahaan akan membaik di bulan Juni 2020. Dalam hal ini, momentum relaksasi penerapan PSBB diyakini menjadi momentum yang tepat untuk mengerek kinerja perusahaan dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang dimiliki.
Per 12 Juni 2020, jaringan distribusi SPTO tercatat terdiri atas 11 distributor tunggal eksklusif di sebanyak 14 kokta besar di luar Jabodetabek dan Surabaya serta lebih dari 100 toko atau diler di wilayah Jabodetabek dan Surabaya. Tidak lupa, SPTO juga akan terus melakukan inovasi dan memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk mengerek penjualan secara digital.
Untuk mendukung kinerja, SPTO akan menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 50 miliar untuk keperluan perawatan sebagai maintenance capex. Sumber pendanaannya akan berasal dari kas internal serta fasilitas pinjaman sebesar Rp 300 miliar yang sebelumnya sudah didapat oleh perusahaan.
Baca Juga: Begini prospek saham penghuni baru indeks Kompas100
Sejauh ini, SPTO mengaku belum menetapkan target kinerja yang ingin dikejar hingga tutup tahun. SPTO berdalih masih menghitung seberapa besar efek pagebluk corona bisa berdampak pada kinerja perusahaan pada periode-periode berikutnya.
Sepanjang tahun 2019 lalu, pendapatan neto SPTO tercatat sebesar Rp 2,26 triliun. Sementara itu, laba neto yang akan diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 208,67 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News