kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Surya Pertiwi (SPTO) harapkan angin segar dari relaksasi PSBB


Jumat, 12 Juni 2020 / 19:22 WIB
Surya Pertiwi (SPTO) harapkan angin segar dari relaksasi PSBB
ILUSTRASI. Direksi?PT Surya Pertiwi Tbk


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Surya Pertiwi Tbk (SPTO) berharap relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa menjadi angin segar bagi perusahaan untuk memulihkan kinerjanya. Sebelumnya, penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah berdampak kepada kinerja perusahaan.

“Dengan relaksasi PSBB ini toko-toko semua dibuka, jadi 100% toko kita bisa operasi, itu saja rasanya sudah cukup untuk menambah penjualan kita,” Investor Relations PT Surya Pertiwi Tbk, Adhi Sudargo Tasmin dalam acara paparan publik yang berlangsung pada Jumat (12/6).

Baca Juga: Surya Pertiwi (SPTO) menakar dampak jika ada lockdwon akibat wabah virus corona

Dijelaskan Adhi, sebelumnya sebagian besar diler perusahaan terpaksa ditutup sementara seiring adanya penerapan kebijakan PSBB di sejumlah wilayah.

Akibatnya, pendapatan SPTO di hampir semua lini mengalami penurunan. Maklum saja, sebanyak 70% dari total pendapatan SPTO memang berasal dari penjualan ke segmen pasar ritel. Sementara 30% sisanya baru berasal dari segmen pasar proyek.

Gejala ini sudah mulai dirasakan di akhir kuartal pertama tahun ini. Berdasarkan perkiraan SPTO, kinerja pendapatan perusahaan diprediksi turun sebesar 6,4% dibanding periode  sama tahun lalu.

Sebagai perbandingan, sepanjang kuartal I tahun 2019 lalu pendapatan neto SPTO tercatat sebesar Rp 578,91 miliar. Dus, hitungan Kontan.co.id, pendapatan SPTO diperkirakan hanya akan mencapai sekitar Rp 541,86 miliar dengan asumsi penurunan yang disampaikan.

Baca Juga: Cegah penyebaran virus corona, Harita Nickel lockdown areal smelter di Halmahera

Sayangnya, imbas dari penerapan PSBB terhadap kinerja SPTO masih berlanjut dan bahkan memuncak di dua bulan berikutnya. “April dan Mei estimasi kami pendapatan kami turun 40% dibanding tahun lalu,” ujar Adhi 

Meski begitu, SPTO mengaku optimis kinerja perusahaan akan membaik di bulan Juni 2020. Dalam hal ini, momentum relaksasi penerapan PSBB diyakini menjadi momentum yang tepat untuk mengerek kinerja perusahaan dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang dimiliki.

Per 12 Juni 2020, jaringan distribusi SPTO tercatat terdiri atas 11 distributor tunggal eksklusif di sebanyak 14 kokta besar di luar Jabodetabek dan Surabaya serta lebih dari 100 toko atau diler di wilayah Jabodetabek dan Surabaya. Tidak lupa, SPTO juga akan terus melakukan inovasi dan memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk mengerek penjualan secara digital.

Untuk mendukung kinerja, SPTO akan menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 50 miliar untuk keperluan perawatan sebagai maintenance capex. Sumber pendanaannya akan berasal dari kas internal serta fasilitas pinjaman sebesar Rp 300 miliar yang sebelumnya sudah didapat oleh perusahaan.

Baca Juga: Begini prospek saham penghuni baru indeks Kompas100

Sejauh ini, SPTO mengaku belum menetapkan target kinerja yang ingin dikejar hingga tutup tahun. SPTO berdalih masih menghitung seberapa besar efek pagebluk corona bisa berdampak pada kinerja perusahaan pada periode-periode berikutnya.

Sepanjang tahun 2019 lalu, pendapatan neto SPTO tercatat sebesar Rp 2,26 triliun. Sementara itu, laba neto yang akan diatribusikan kepada entitas induk tercatat sebesar Rp 208,67 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×