kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tahun depan, Dyandra tak agresif membangun hotel


Selasa, 07 Oktober 2014 / 07:15 WIB
Tahun depan, Dyandra tak agresif membangun hotel
ILUSTRASI. Minum air putih melepas dahaga puasa


Reporter: Namira Daufina | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Capaian kinerja paruh pertama tahun ini sudah cukup menjadi bahan evaluasi dan menyusun strategi tahun 2015 bagi PT Dyandra Meedia International Tbk. Perusahaan yang menginduk pada Kelompok Kompas Gramedia, dengan demikian terafiliasi dengan KONTAN itu, akan meminimalisasi pembangunan hotel tahun depan. 

Tahun depan, Dyandra hanya berencana membangun dua hotel. Itupun,salah satunya adalah hotel di Pekalongan, Jawa Tengah sudah dibangun sejak akhir 2014. Satu lagi adalah membangun hotel di T.B. Simatupang, Jakarta.

Padahal perusahaan itu sejatinya berambisi membangun total 21 hotel budget dan hotel bintang tiga hingga 2016. Saat ini, perusahaan berkode DYAN di Bursa Efek Indonesia itu telah membangun 11 hotel. Pada November 2014 nanti, perusahaan itu akan merilis hotel budget Amaris Hotel Kelapa Gading. Namun, pendapatan hotel teranyarnya itu akan tercatat pada pembukuan tahun depan. 

Evaluasi Dyandra membatasi pembangunan hotel itu bertolak dari kondisi pasar. "Sudah over supply jadi itu yang membuat pengunjung gak optimal dan hotel sepi," terang Daswar Marpaung, Sekretaris Perusahaan Dyandra Media International, kepada KONTAN, Senin (6/10). 

Sebagai gantinya, tahun 2015 Dyandra akan fokus mengoptimalkan asetnya. Plus, meneruskan proyek yang sudah berjalan.

Di bisnis jasa penyedia konvensi misalnya, perusahaan itu akan mendekati pemerintah daerah Bali. Menurut Daswar, potensi bisnis itu di Pulau Dewata masih sangat besar. 

Kebetulan, perusahaan itu juga memiliki gedung dan hotel di propinsi itu. "Kami juga akan melakukan pendekatan ke Kementerian Pariwisata dan Sekretaris Negara," beber Daswar.

Selain potensi, pemilihan Bali juga bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Dyandra pernah ketiban rezeki saat gedung dan hotelnya terpilih sebagai tempat penyelanggaraan pertemuan internasional Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada September 2013. 

Selain mengejar bisnis jasa konvensi, Dyandra juga berupaya menggairahkan bisnis penyelenggaraan acara yang melempem tahun ini. Perusahaan itu menuding, melempemnya bisnis itu lantaran efek dari hajatan politik. 

Padahal dari empat lini bisnis yang dilakoni Dyandra, 63,58% kontribusi pendapatan semester I-2014 dari penyelenggaraan acara. Sisanya,  dari bisnis jasa konvensi, pendukung acara dan hotel.

Apesnya, saat pendapatan dari lini bisnis terbesar melorot, Dyandra masih harus terus melanjutkan pembangunan proyek gedung konvensi dan hotel. "Pembangunan gedung konvensi di BSD (Tangerang Selantan, Banten) dan hotel baru membuat suku bunga dan depresiasi tahun ini utuh," aku Daswar. Meski mengaku laba bersih tergerus, perusahaan itu tak mengubah target pendapatan Rp 1 triliun hingga akhir 2014 nanti.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2014, laba tahun berjalan Dyandra turun 32,42% menjadi Rp 12.05 miliar. Padahal pada semester I-2013 tercatat  Rp 17.83 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×