Reporter: Nurmayanti |
JAKARTA. Kebutuhan semen nasional yang cukup besar menarik minat beberapa produsen dalam negeri meningkatkan kapasitas produksi hingga berinvestasi pendirian pabrik baru terhitung sejak 2008 hingga tahun ini. Rata-rata penambahan kapasitas produksi mereka sebesar 2,3 juta ton hingga 2,5 juta ton dengan nilai US$ 150 per ton atau total investasi Rp 1,5 triliun.
Khusus pada 2008, para produsen semen itu meningkatkan utilisasi pabriknya. "Komitmen pada 2009 ini mereka mau membangun. Malah naik produksinya kalau semen. Sebab pada 2008 hampir tidak ada investasi, mereka hanya melakukan optimalisasi saja," kata Direktur Industri Kimia Hilir Departemen Perindustrian Tony Tanduk, pekan lalu.
Pada 2008, beberapa perusahaan semen di dalam negeri hanya melakukan peningkatan kapasitas produksi saja dan bukan investasi baru. Nah, baru di tahun ini beberapa produsen seperti PT Semen Tonasa, PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Indocement TP, dan PT Holcim berencana mendirikan pabrik baru. Saat ini secara total produksi sembilan produsen semen di dalam negeri berproduksi 40,4 juta ton. Sementara kapasitas produksi perusahaan perusahaan itu 45,090 juta ton. Artinya, utilisasi pabrik mereka baru 89,7%.
Menurut Tony, realisasi investasi baru maupun penambahan produksi satu pabrik semen setidaknya membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun. Setelah itu, barulah perusahaan kembali memikirkan investasi berikutnya.
Di sektor industri semen realisasi penambahan kapasitas produksinya mengalami peningkatan. Beberapa perusahaan semen di dalam negeri telah melakukan peningkatan investasi dengan total kapasitas produksi sekitar 2,5 juta ton Berdasarkan data Depperin, para produsen semen menaikkan produksi mereka di 2008. Seperti, PT Semen Padang menaikkan produksinya dari 5,47 juta ton di 2007 menjadi 5,72 juta ton di 2008. PT Semen Baturaja dari 1,01 juta ton menjadi 1,14 juta ton, PT Indocement TP dari 11,08 juta ton menjadi 13,1 juta ton.
Selain itu, PT Semen Holcim dari 5,51 juta ton menjadi 6,44 juta ton, PT Semen Gresik dari 7,86 juta ton menjadi 8,83 juta ton, PT Semen Tonasa dari 3,01 juta ton menjadi 3,76 juta ton, PT Semen Bosowa Maros dari 994.000 ton menjadi 1,38 juta ton.
Salah satu permasalahan yang saat ini masih menggelayuti industri semen nasional adalah biaya energi. Ketidakpastian harga energi minyak dunia sempat membuat industri semen dalam negeri terpengaruh. Saat ini, biaya energi pada biaya operasional produksi semen mencapai 35%. "Tapi saat ini, energi mereka bukan hanya minyak bumi tapi juga batubara," kata Tony.
Selain itu, pemerintah mengakui jika pengusaha semen dalam negeri meminta pemerintah dapat menjaga stabilitas makroekonomi di dalam negeri sehingga mereka dapat mengurangi dampak dari resesi ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News