kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tahun Pemilu, permintaan tekstil diramal stagnan


Sabtu, 14 Desember 2013 / 07:05 WIB
Tahun Pemilu, permintaan tekstil diramal stagnan
ILUSTRASI. Aneka jenis sushi (dok/Cooking with Dog)


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Perhelatan politik pemilihan umum yang digelar tahun depan diperkirakan bakal mendongkrak permintaan tekstil dan produk tekstil (TPT). Namun, pelaku industri tak yakin, konsumsi TPT kurang lebih hanya akan sama seperti tahun ini lantaran kenaikan harga jual menghambat laju konsumsi TPT.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat menyatakan, tahun depan biaya produksi TPT mungkin kembali naik. Imbasnya, harga jual produk TPT bisa terdongkrak sehingga menghambat bisnis TPT.

Ade memperkirakan, permintaan TPT tahun 2014 hanya 6,8 kilogram per kapita per tahun atau sama seperti tahun ini. "Bahkan bisa saja turun menjadi lebih rendah," katanya, Jumat (13/12).

Ade bilang, penurunan konsumsi TPT bisa terjadi jika harga kebutuhan pokok lain ikut melambung. Alhasil, konsumen lebih mengutamakan belanja kebutuhan pokok ketimbang berbelanja pakaian.

Catatan saja, upah buruh pada 2014 akan kembali naik meski besaran kenaikannya tak setinggi tahun ini. Tapi, Ade bilang, berapa pun besaran kenaikan upah buruh bakal membuat beban produksi industri TPT makin besar. Maklum saja, industri TPT merupakan industri padat karya.

Jika beban industri TPT semakin berat, Ade khawatir, daya saing industri ini melemah. "Sedangkan produk impor masih bisa masuk dengan harga lebih murah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×