Reporter: Fitri Nur Arifenie, | Editor: Test Test
JAKARTA. Industri sarung tangan karet Indonesia berada diujung tanduk. Karena kekurangan pasokan gas membuat beberapa pabrik sarung tangan karet tidak dapat beroperasi. Akibatnya produksi pada tahun ini akan terpangkas.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA), Ahmad Safiun mengungkapkan, keterpurukan industri sarung tangan karet terlihat dari jumlah pabrik yang beroperasi kian berkurang. "Sebelumnya ada 12 pabrik yang masih ada nyawanya. Kini hanya tinggal 8 pabrik saja," kata dia, Selasa (2/3).
Ia merinci dari ke delapan pabrik tersebut, tujuh diantaranya terletak di Medan sedangkan satunya di Cibinong. Untuk 8 pabrik tersebut, Safiun mengaku membutuhkan gas sebesar 5 juta kaki kubik perhari (mmscfd). "Kebutuhan gas kita memang sedikit, tapi jumlah sedikit itu tidak bisa terpenuhi," beber Safiun.
Karena kurang pasokan gas, menurut Safiun utilisasi kapasitas produksi pada tahun ini hanya sebesar 50%. Bahkan ia memperkirakan ada kemungkinan bagi para investor untuk menutup pabriknya dan kabur ke luar negeri mencari daerah investasi lain yang berpotensi.
Tahun lalu, produksi sarung tangan karet ASTA mencapai 5 miliar pasang. Jumlah itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah produksi tahun 2008 yang bisa menembus angka 12 miliar pasang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News