kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak hanya batubara, produksi komoditas mineral juga makin membesar


Rabu, 27 Oktober 2021 / 17:48 WIB
Tak hanya batubara, produksi komoditas mineral juga makin membesar
ILUSTRASI. Kementerian ESDM menyebut ada peningkatan produksi pada sejumlah komoditas mineral seiring tren kenaikan harga komoditas.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut ada peningkatan produksi pada sejumlah komoditas mineral seiring tren kenaikan harga komoditas. Tren peningkatan produksi sejumlah komoditas mineral sejatinya telah terjadi sejak tahun 2020 lalu.

"Produksi hasil pengolahan dan pemurnian nikel dalam bentuk feronickel, nickel pig iron (NPI) dan nickel matte tahun 2020 mengalami peningkatan signifikan," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin dalam konferensi pers capaian kinerja triwulan III subsektor minerba, Selasa (26/10).

Merujuk data Ditjen Minerba, hanya ada beberapa komoditas mineral yang produksinya pada 2020 lalu lebih rendah dari 2019 yakni emas dengan realisasi sebesar 66,2 juta ton atau turun 39,26% year on year (yoy) dari produksi 2019 sebesar 109 ton. Kemudian perak realisasi tahun 2020 mencapai 54,3 ton atau turun 28,92% yoy dimana pada 2019 produksinya mencapai 76,4 ton.

Selain itu, komoditas perak juga realisasi tahun 2020 lalu hanya mencapai 338,1 ton atau turun 30,68% yoy dimana produksi pada 2019 mencapai 487,8 ton.

Baca Juga: Hingga September, realisasi produksi batubara mencapai 72% dari target tahun ini

Pada tahun 2021 ini, Kementerian ESDM mematok target cukup tinggi untuk komoditas mineral yang ada. Adapun, secara rerata hampir semua komoditas kini realisasinya telah mencapai di atas 70% hingga kuartal III 2021 ini.

Jika dirinci, katoda tembaga telah mencapai 216.600 ton atau setara 74,4% dari target tahun ini sebesar 291 ribu ton. Target ini pun meningkat ketimbang realisasi tahun 2020 sebesar 268.600 ton dan 2019 sebanyak 180.200 ton.

Sementara itu untuk emas realisasinya kini sebesar 55,3 ton atau setara 67,5% dari target tahun ini sekitar 82 ton. Target ini pun lebih tinggi ketimbang realisasi 2020 yang sebesar 66,2 ton.

Selanjutnya, produksi perak hingga kuartal III telah mencapai 291,7 ton atau setara 72,9% dari target tahun ini yang kurang lebih sebesar 400 ton. Target tahun ini meningkat signifikan ketimbang realisasi di 2020 yang sebesar 338,1 ton.

Sementara itu produksi timah masih cukup rendah, Hingga kuartal III 2021 baru mencapai 23,8 ton atau 34% dari target tahun ini yang kurang lebih sebesar 70 ton. Pada tahun lalu realisasi produksi timah hanya sebesar 54,3 ton.

Kemudian untuk feronikel realisasinya mencapai 1,18 juta ton atau setara 56,2% dari target tahun ini sebesar 2,1 juta ton. Jumlah ini pun lebih tinggi ketimbang realisasi di 2020 yang sebesar 1,46 juta ton dan 2019 sebesar 1,15 juta ton.

Adapun, untuk produksi NPI hingga kuartal III 2021 mencapai 640.400 ton atau 71,1% dari target tahun ini sebesar 901.080 ton. Target tahun ini meningkat ketimbang realisasi di 2019 dan 2020 yang masing-masing sebesar 781.000 ton dan 860.500 ton.

Kemudian nickel matte produksinya kini mencapai 60.800 ton atau setara 77,9% dari target tahun ini sebanyak 78.000 ton. Target tahun ini sejatinya lebih rendah ketimbang realisasi di 2020 yang mencapai 91.700 ton. Kendati demikian, masih lebih tinggi ketimbang realisasi 2019 yang sebesar 72.000 ton.

Perusahaan terdorong tren harga

Kenaikan harga yang juga terjadi pada komoditas mineral seiring dengan peningkatan produksi turut mendorong kinerja perusahaan-perusahaan produsen mineral.

Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto mengatakan, hingga saat ini realisasi produksi nikel di kuartal III masih sejalan dengan proyeksi perusahaan. Kondisi positif ini pun juga didukung oleh tren harga yang cukup tinggi yang terjadi.

"Dua faktor tersebut tentu saja berdampak positif terhadap kinerja perusahaan," kata Bernardus kepada Kontan.co.id, Rabu (27/10).

Meski belum bisa merinci lebih jauh soal realisasi hingga kuartal III 2021, Bernardus memastikan, tren harga yang positif menurut analisis pasar diperkirakan masih berpotensi terjadi hingga tahun depan.

Adapun, sepanjang kuartal III 2021 lalu, Vale mengenakan rerata harga jual nikel London Metal Exchange (LME) sebesar US$ 18.687 per ton.

Baca Juga: Realisasi PNBP sektor minerba hingga September sudah lampaui target tahun ini

Sementara, melansir pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, volume penjualan sejumlah komoditas milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berhasil tumbuh positif sepanjang semester I-2021. Salah satunya adalah emas yang menjadi komoditas andalan ANTM.

Mengutip kinerja semesteran ANTM, penjualan emas ANTM sepanjang enam bulan pertama 2021 mencapai 13.341 kg atau setara  429.923 troi oz. Jumlah ini melesat 69% dari realisasi penjualan emas ANTM di periode yang sama tahun. Naiknya penjualan ini tidak lepas dari strategi ANTM dalam mengembangkan basis pelanggan logam mulia di pasar domestik.

“Hal tersebut seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berinvestasi emas serta pertumbuhan permintaan emas  di pasar domestik,” tulis Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang, Yulan Kustiyan, pada 28 September 2021 lalu.

Asal tahu saja, emas merupakan komoditas penyumbang terbesar bagi pendapatan bersih ANTM, dimana penjualan dari segmen emas mencapai Rp 11,87 triliun atau mencapai 69% dari total penjualan bersih ANTM.

Dari sisi produksi, ANTM mencatatkan total volume produksi dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 719 kg.

Di segmen nikel, ANTM mencatatkan volume produksi feronikel sebesar 12.679 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan tingkat penjualan feronikel sebesar 12.068 TNi. Jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu, produksi feronikel terkoreksi tipis 0,65% (12.762 ton TNi) dan penjualan terkoreksi 7,48% (13.045 ton TNi).

Setelah segmen emas, penjualan feronikel  menjadi penyumbang pendapatan terbesar kedua bagi ANTM sebesar Rp 2,59 triliun (15%),disusul bijih nikel sebesar Rp2,04 triliun (12%), serta segmen bauksit dan alumina sebesar Rp 613,68 miliar (4%).

Selanjutnya: Produksi Vale Indonesia (INCO) turun pada kuartal III, ini penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×