kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak surut karena pandemi, Medco (MEDC) tetap gencar ekspansi sektor energi


Minggu, 20 Desember 2020 / 22:19 WIB
Tak surut karena pandemi, Medco (MEDC) tetap gencar ekspansi sektor energi
ILUSTRASI. MedcoEnergii. DOK MEDCO


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 tak menyurutkan langkah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) untuk gencar melakukan ekspansi. Sejumlah strategi telah MEDC siapkan dalam mengembangkan bisnisnya di industri minyak dan gas bumi (migas), pertambangan, hingga transisi energi melalui ketenagalistrikan.

Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro menerangkan, di bisnis migas, peluang untuk ekspansi masih sangat potensial. Hal itu ditandai dengan permintaan migas yang masih tinggi dan prospeknya yang tetap bertumbuh, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

"Oleh karena itu lah peran perusahaan migas masih sangat diperlukan. Di migas, kita masih tetap akan agresif untuk melakukan ekspansi, baik akusisi maupun eksplorasi," ujar Hilmi dalam media gathering yang digelar secara daring, Selasa (8/12).

Meski begitu, Hilmi tak menutup mata bahwa kondisi industri migas pada tahun 2021 bisa jadi masih tetap menantang seperti tahun ini. Oleh sebab itu, MEDC akan terus menjaga struktur biaya yang efisien. Sehingga, bisnis akan tetap kompetitif dan mencetak margin positif.

Misalkan nanti kondisi 2021 belum kondusif, sambung Hilmi, pihaknya tetap akan mengejar akuisisi jika aset yang dibidik memiliki harga yang menarik dan mampu memperkuat struktur modal MEDC. "Jadi di satu sisi kita menjaga biaya, disiplin capex, tapi kemampuan untuk ekspansi tidak kita rem. Selama opportunity dan aset itu bisa memberikan nilai tambah bagi Medco secara keseluruhan," ujarnya.

Meski masih menjadi tumpuan utama, namun pengembangan bisnis MEDC tak hanya sebatas di komoditas migas. Di sektor pertambangan mineral, MEDC secara optimal mengembangkan tambang tembaga dan emas.

Lewat PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), Hilmi menyampaikan bahwa MEDC menjadi pemain tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia. Kata Hilmi, AMNT akan terus dikembangkan menjadi produsen tembaga yang efisien dan terintegrasi kelas dunia.

"Dengan operasi di fase 7 sekarang, dan berikutnya akan kita develop di masa mendatang, diharapkan kita masih akan tetap menjadi salah satu produsen kunci untuk emas maupun copper di Indonesia maupun secara internasional," terang Hilmi.

Apalagi, saat ini kinerja AMNT pun terpoles dengan naiknya harga tembaga dan emas. Produksi di fase 7 pun mulai meningkat sejak April 2020. Hilmi memproyeksikan produksinya akan terus menanjak pada tahun 2022. "InsyaAllah akhir 2022, 2023 dan 2024 kita akan mencapai peak-nya. Pada saat itu lah kami harapkan bisa meraih buah dari pengembangan fase 7. Dan akan diteruskan dengan pengembangan berikutnya," imbuhnya.

Selanjutnya, AMNT pun akan mengembangkan berbagai sumber daya dan prospek, termasuk deposit tembaga dan emas di porfiri Elang. Hilmi meyakini, kinerja AMNT akan cerah seiring dengan permintaan jangka panjang untuk tembaga yang didorong oleh transisi energi dan elektrifikasi.

Lalu, berkaitan dengan transisi energi dan elektrifikasi, MEDC telah menyiapkan PT Medco Power Indonesia (MPI) untuk menggenjot transisi ke energi bersih. Ke depan, kata Hilmi, energi yang sampai kepada konsumen akan banyak dalam bentuk listrik, termasuk untuk kendaraan pribadi dan transportasi publik. 

"Listrik ini adalah energi masa depan. Kita harus make sure, bauran renewable lebih besar. Walaupun itu akan berjalan secara bertahap. Kita fokuskan Medco Power ini di clean energy," imbuhnya.

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Medco Power Indonesia, Eka Satria, membeberkan empat pilar bisnis MPI, yakni gas to power, geothermal, renewables dan jasa operasi dan pemeliharaan (O&M). Untuk mendorong transisi energi, MPI akan mengusung dekarbonisasi, gas sebagai transisi, elektrifikasi, penyimpanan energi (storage), digitalisasi dan desentralisasi.

Saat ini MPI mengelola dan mengoperasikan sekitar 3.800 Megawatt (MW) baik sebagai pembangkit IPP maupun O&M. Eka optimistis peningkatan kapasitas menjadi 5.000 MW dalam lima tahun ke depan bisa terwujud, seiring dengan gencarnya MPI dalam menggarap pembangkit berbasis EBT. 

MPI pun akan fokus mengembangkan enam jenis energi bersih. Yakni gas/LNG to power, panas bumi, energi surya, energi hydro dan mini hydro, energi angin, hingga masuk ke eksosistem kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV) Ecosystem. "Pilar ekonomi dan kehidupan adalah listrik. Kami percaya setelah covid-19 berakhir, pertumbuhan listrik akan kembali naik dan permintaan ke depan akan bersifat clean. Kami berfokus di portofolio energi bersih dan terbarukan," kata Eka.

MPI juga fokus terhadap transisi energi dengan pengembangan listrik berbasis LNG/gas. Menurut Eka, gas merupakan energi bersih yang memegang peranan penting bagi transisi listrik berbasis energi fosil menjadi energi terbarukan.

MPI pun telah menggandeng Kansai Electric Power dalam pengembangan pembangkit berbasis gas serta untuk jasa O&M.  Saat ini ada sejumlah pembangkit berbasis gas yang digarap MPI, serta beberapa proyek yang tengah dijajaki. "Ada beberapa proyek yang saat ini kami sedang studi. Kalau sukses, Kami akan punya value chain untuk LNG to power di Indonesia tengah dan timur," imbuh Eka.

Ikut Menyokong Program Pemerintah

Tak hanya menyangkut pengembangan usaha, ekspansi perusahaan energi juga bisa sekaligus mendorong program pemerintah. Dalam hal pengembangan bisnis migas, misalnya, Hilmi Panigoro menyampaikan bahwa aktivitas eksplorasi sangat penting, terutama untuk mendorong realisasi target produksi siap jual (lifting) minyak 1 juta barel pada 2030.

Untuk mendukung target tersebut, Hilmi menyebut ada empat strategi yang perlu dilakukan. Pertama, menahan laju penurunan produksi (decline) di lapangan eksisting. Kedua, mempercepat sumber daya yang ditemukan menjadi cadangan, lalu segera membangun fasilitas produksi untuk kemudian dimonetisasi. Ketiga, penerapan teknologi tingkat lanjut seperti Enhanced Oil Recovery (EOR). Keempat, melakukan eksplorasi.

"Alhamdulillah sekarang keempatnya kami laksanakan dengan pararel, dan apabila dimungkinkan hal-hal untuk keekonomian dari proyek lebih baik, kami selalu berkomunikasi dengan SKK Migas," sebut Hilmi.

Terpisah, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno menyampaikan, pasca pandemi covid-19, perusahaan migas memang diharapkan dapat terus meningkatkan program kerja untuk mengawal target tersebut.

Dari hasil diskusi dan persetujuan work program and budget tahun 2021, Julius menyampaikan bahwa ada kenaikan signifikan dari jumlah pengeboran yang lebih masif sebagai salah satu tolok ukurnya. Dia pun berharap industri migas bisa lebih kondusif mulai tahun depan.

"Itu sangat mendukung untuk longterm plan kita ke tahun 2030 yang sudah kita canangkan bersama. Semoga semakin kondusif untuk mendukung kinerja hulu migas yang lebih baik. Kita harus disiplin untuk mengawalnya tahun demi tahun," kata Julius saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menegaskan bahwa upaya peningkatan target produksi mutlak membutuhkan kolaborasi dari stakeholders terkait. Terutama para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memiliki anggaran dan keahlian untuk melakukan kegiatan eksplorasi maupun produksi.

Alhasil, peran pelaku usaha menjadi sangat vital. Namun, menjadi hal yang wajar bila pada tahun depan, pelaku usaha masih wait and see menunggu perkembangan pasar pasca pandemi covid-19. Dia berharap, setidaknya hanya minyak bisa stabil di level US$ 50 per barel, atau lebih dari itu.

"Ini bisa memberikan sedikit angin segar untuk para investor di hulu migas. Tahun depan masih meraba-raba situasi, tapi kita tetap harus optimis," jelas Rizal.

Secara pararel, strategi pengembangan energi bersih dan EV ecosystem Medco Power turut mendorong program pemerintah dalam mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik, serta untuk mencapai target bauran energi terbarukan. 

Direktur Jenderal EBT dan konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menegaskan, perlu dukungan dari stakeholders terkait khususnya pelaku usaha untuk memastikan ketercapaian target bauran EBT 23% pada tahun 2025.

Pemerintah pun berkomitmen memberikan kemudahan dan insentif untuk mendorong partisipasi pelaku usaha dalam pengembangan EBT di Indonesia. Antara lain, melalui penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) tentang harga listrik EBT yang dibeli oleh PLN.

Dadan bilang, regulasi tersebut akan memperhatikan keekonomian pembangkit serta kemampuan PLN, sehingga bisa menggairahkan iklim investasi EBT dan menjaga harga listrik di tingkat konsumen.

"Kemudahan dan insentif sudah tersedia, antara lain untuk mendorong pengembangan panas bumi, misalnya berupa dukungan pendanaan dan eksplorasi. Juga ada insentif di bidang perpajakan," kata Dadan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (15/12).

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, pandemi akan mempercepat transisi energi bersih. Kata dia, korporasi pun akan melihat kondisi ini sebagai peluang bisnis dan menjadi pilihan untuk diversifikasi pendapatan perusahaan.

"Investasi EBT akan semakin menarik, apalagi kebijakan dan regulasi pemerintah diarahkan untuk mendukung pengembangan EBT, sehingga Indonesia bisa masuk ke jalur transisi energi," ungkap Fabby.

Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyambut baik strategi gas to power yang digencarkan oleh Medco. Menurutnya, gas memang tepat untuk dijadikan sebagai sumber utama di dalam transisi energi.

Pri menegaskan, transisi energi perlu dimaknai dalam konteks memberikan ruang yang lebih banyak bagi energi baru dan terbarukan (EBT) untuk berperan dalam bauran energi, guna saling melengkapi bersama energi fosil yang sampai saat ini masih mendominasi.

"Permintaan kebutuhan energi ke depan tidak akan cukup hanya dipenuhi dari energi fosil saja, juga EBT saja. Jadi di situ konteksnya transisi. Strategi Medco gas to power di Indonesia, menurut saya tepat," kata Pri.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno juga mengamini hal tersebut. Menurutnya, pemanfaatan gas sebagai motor transisi energi bisa semakin gencar lantaran Indonesia memiliki potensi yang melimpah. "Tinggal kita bagaimana memanfaatkan sumber yang ada itu dengan membangun infrastruktur gas-nya," kata Eddy ke Kontan.co.id, Minggu (20/12).

Dia pun menyambut positif komitmen transisi ke energi bersih yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dulunya berfokus di sektor energi fosil. Dengan begitu, pemanfaatan potensi EBT Indonesia yang begitu besar bisa semakin terakselerasi, tanpa mengesampingkan pemenuhan energi nasional saat ini.

"Mereka bisa mengkombinasikan pengembangan EBT bersama energi fosil. Kami di Komisi VII tentu akan mendorong itu, karena pasti akan mempercepat proses terbangunnya industri EBT di Indonesia," tegas Eddy.

Kontribusi di Masa Pandemi

Selain dari sisi ekspansi bisnis, Hilmi menegaskan bahwa fokus MEDC ke depan juga melakukan pengembangan dari sisi ESG alias Environment, Social and Governance. Kata Hilmi, ada tiga pilar yang diusung MEDC untuk komitmen keberlanjutan.

Pertama, kepemimpinan dari dan oleh pekerja. Dari segi ini MEDC menginvestasikan US$ 3,5 juta untuk training dan pendidikan kepemimpinan. 31% peran tata kelola pun dijabat oleh wanita. Selain itu, juga komitmen terhadap anti-korupsi, antara lain dengan ISO 37001 certification anti bribery management system.

Kedua, pengembangan sosial dan lingkungan hidup. Di sini, MEDC melakukan pengurangan intensitas emisi sebanyak 19% dalam satu tahun. Selain itu, ada penanam lebih dari 1 juta pohon di sekitar wilayah operasi sejak 2012.

Ketiga, pemberdayaan masyarakat lokal. Dari segi ini, MEDC menginvestasikan sebanyak US$ 3,9 juta dalam program pemberdayaan masyarakat. Juga penyediaan akses sanitasi, air bersih dan listrik untuk masyarakat sekitar wilayah operasi.

Yang pasti, sambung Hilmi, program sosial MEDC terus berjalan selama masa pandemi covid-19. "Kami memfokuskan untuk make sure seluruh human capital dan masyarakat sekitar daerah operasi terjaga keselamatannya," sambungnya.

Dari sisi edukasi dan donasi kepada masyarakat, MEDC pun menggelar program gerakan peduli pendidikan dengan 1.000 gawai dan 100 WiFi untuk mendukung pembelajaran di masa pandemi. "Kami melakukan donasi alat kesehatan, penyuluhan, sekaligus membantu anak-anak di daerah operasi untuk memungkinkan mereka melakukan pendidikan jarak jauh dengan efektif," pungkas Hilmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×