Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Smelting terus berupaya mendorong hilirisasi industri pertambangan di dalam negeri.
Kali ini, perusahaan tersebut hendak meningkatkan kapasitas produksi pabrik peleburan dan pemurnian (smelter) tembaga di Gresik, Jawa Timur.
Senior Section Manager of General Affairs PT Smelting Saptohadi Prayetno menyampaikan, saat ini smelter yang dikelola PT Smelting memiliki kapasitas produksi 300.000 ton katoda tembaga per tahun.
Pihaknya akan menambah kapasitas smelter tersebut sebesar 30% menjadi 330.000 ton per tahun. Untuk itu, PT Smelting akan mengucurkan investasi sebesar Rp 3,2 triliun.
Baca Juga: Progres Smelter Freeport di Gresik Sudah Hampir 45,5% Per Oktober 2022
Sampai saat ini, proses peningkatan kapasitas produksi smelter PT Smelting berjalan cukup lancar, meskipun perusahaan ini sempat berhadapan dengan kendala perizinan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
"Proyek ini masih berjalan on track, sejalan dengan smelter yang juga dibangun oleh PT Freeport Indonesia," kata Sapto ketika berkunjung ke kantor redaksi KONTAN, Kamis (8/12).
Asal tahu saja, Freeport Indonesia juga tengah membangun Smelter Manyar di JIIPE yang ditargetkan selesai pada Desember 2024. Dalam catatan KONTAN, hingga bulan Oktober 2022 progres smelter Freeport Indonesia hampir mencapai 45,5%.
Lebih lanjut, penambahan kapasitas produksi smelter merupakan bagian dari komitmen PT Smelting untuk membantu hilirisasi pertambangan Indonesia. Ketika kemampuan produksi smelter meningkat, diharapkan pasar domestik mampu menyerap produk yang dihasilkan PT Smelting secara optimal.
Baca Juga: Freeport Indonesia Masih Bisa Ekspor Konsetrat Tembaga Hingga Smelter Rampung
Sejauh ini, sebanyak 60% katoda tembaga dari smelter PT Smelting diekspor ke luar negeri, tepatnya diserap oleh Mitsubishi Materials Corporation. Di sisi lain, pasar domestik baru mampu menyerap 40% produk milik PT Smelting.
"Katoda tembaga yang kami kirim ke Mitsubishi akan diolah lagi untuk kemudian dijual ke berbagai negara lainnya," ungkap Sapto.
Realisasi Produksi
Dia menambahkan, produksi katoda tembaga PT Smelting selama tahun 2022 berjalan sudah mencapai 290.000 ton atau setara 90% dari total kapasitas produksi smelter perusahaan.
Angka ini sudah sesuai dengan target produksi yang dicanangkan PT Smelting sejak awal tahun. Capaian ini juga dianggap cukup memuaskan, mengingat PT Smelting masih menghadapi kendala pandemi Covid-19.
Sekadar catatan, selain katoda tembaga yang dapat diolah menjadi kawat dan kabel, smelter PT Smelting juga dapat menghasilkan beberapa produk sampingan. Di antaranya adalah asam sulfat untuk industri pupuk, terak tembaga dan gipsum untuk industri semen, hingga lumpur anoda yang merupakan unsur logam berharga.
Baca Juga: Ini Penyebab Proyek Smelter Freeport Indonesia Mundur ke 2024
Untuk tahun depan, PT Smelting berharap dapat kembali memproduksi sekitar 290.000 ton katoda tembaga. Hal ini didukung oleh aktivitas annual shutdown smelter yang telah selesai, sehingga produksi PT Smelting dapat kembali normal.
"Kami bisa memenuhi target produksi asalkan tidak ada kendala suplai konsentrat tembaga dari Freeport Indonesia," jelas Sapto.
Prospek bisnis PT Smelting dinilai Sapto masih sangat menjanjikan di masa mendatang seiring permintaan produk hilir tembaga yang tinggi secara global. Sebab, tembaga masih dipandang sebagai material penghantar listrik terbaik dan terefisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News